Kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh individu di usia remaja, meliputi tindakan yang melanggar norma sosial, adat, bahkan hukum. Kenakalan ini muncul dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal mencakup ketidakstabilan emosi, dorongan untuk mendapatkan pengakuan, dan konflik psikologis yang belum teratasi. Faktor eksternal, seperti kurangnya perhatian dari keluarga, tekanan dari kelompok teman sebaya, dan lingkungan sosial yang tidak kondusif, turut memperparah situasi. Remaja sering kali beralih ke perilaku negatif, seperti penyalahgunaan narkoba, pencurian, perkelahian, atau tindakan destruktif lainnya sebagai bentuk pelarian dari masalah atau pencarian identitas. Â
Dampak dari kenakalan remaja sangat luas, baik terhadap individu maupun masyarakat. Secara individu, perilaku menyimpang ini dapat mengganggu perkembangan psikologis dan sosial remaja, menyebabkan trauma, rasa bersalah, atau bahkan isolasi sosial. Dari sudut pandang masyarakat, kenakalan remaja meningkatkan angka kriminalitas, merusak moral generasi muda, dan menciptakan beban sosial yang memengaruhi pembangunan jangka panjang. Penanganan kenakalan remaja memerlukan keterlibatan semua pihak, termasuk keluarga, institusi pendidikan, pemerintah, dan komunitas. Langkah-langkah preventif seperti program penguatan karakter, pelatihan keterampilan, dan pemberian konseling psikologis dapat menjadi solusi yang efektif. Â
Putus sekolah merupakan fenomena ketika seorang siswa menghentikan pendidikan formal sebelum menyelesaikan jenjang tertentu. Penyebab utama putus sekolah berakar pada faktor ekonomi, di mana keluarga dengan kondisi finansial lemah sering kali memprioritaskan kebutuhan dasar dibanding pendidikan. Anak-anak dari keluarga miskin sering kali terpaksa bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, sehingga kehilangan kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Selain itu, faktor sosial seperti stigma terhadap siswa dari keluarga tidak mampu, perundungan di sekolah, serta kurangnya dukungan dari guru dan lingkungan sekolah turut menjadi penyebab utama. Â
Faktor internal juga memegang peranan penting, termasuk rendahnya motivasi belajar, ketidakmampuan akademik, dan kurangnya minat terhadap sistem pembelajaran formal. Siswa yang merasa tidak dihargai atau tidak nyaman di sekolah cenderung kehilangan semangat untuk melanjutkan pendidikan. Di daerah terpencil, minimnya akses terhadap fasilitas pendidikan yang memadai, seperti jarak sekolah yang jauh atau kurangnya tenaga pengajar berkualitas, juga memperparah angka putus sekolah. Â
Dampak dari putus sekolah sangat serius. Secara individu, siswa yang berhenti sekolah kehilangan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga lebih rentan terjebak dalam siklus kemiskinan. Secara sosial, tingginya angka putus sekolah berkontribusi pada rendahnya tingkat literasi dan sumber daya manusia yang kompeten. Hal ini memengaruhi pembangunan ekonomi negara, meningkatkan angka pengangguran, dan memperburuk ketimpangan sosial. Â
Berikut adalah faktor-faktor penyebab kenakalan remaja dan putus sekolah yang dilihat dari berbagai perspektif ilmu sosial:
1. Perspektif Sosiologi
Dari sudut pandang sosiologi, perilaku individu sangat dipengaruhi oleh struktur sosial dan interaksi dalam masyarakat.
- Struktur Sosial: Ketidaksetaraan ekonomi dan sosial memainkan peran penting dalam menentukan kesempatan remaja untuk mendapatkan pendidikan dan berada di lingkungan yang positif. Remaja dari keluarga yang kurang mampu sering kali menghadapi risiko tinggi untuk putus sekolah akibat tekanan ekonomi yang dihadapi mereka.
- Peran Sosialisasi: Kegagalan dalam proses sosialisasi, seperti pengaruh negatif dari teman sebaya ataupun kurangnya dukungan dari keluarga sebagai agen sosialisasi utama, dapat menjadi pendorong utama terjadinya kenakalan remaja.
2. Perspektif Antropologi