Terseok-seok dalam jalan yang licin, langkah berayun letih bersama trekking pole yang ikut lelah. Baiklah, sudah semakin terang dan puncak hampir kelihatan.Â
Perjalanan mendaki sampai puncak hanya butuh waktu 2 jam. Tapi kali ini terasa agak lama, mungkin karena belum makan siang pikirku.
Akhirnya, puncak kugapai. Sebuah tenda berdiri manis dengan seorang perempuan manis. Aku segera mendekat, menumpang makan sebelum tenda yang kubawa didirikan.
Namanya Nana, kami berbincang akrab. Nana dan beberapa temannya berasal dari Bandung.
"Tapi kok sendirian, Na?"tanyaku.
"Agak ngga enak badan, jadi tinggal di tenda saja. Teman-teman pada jalan ke seberang," ujarnya.
Aku jadi teringat sejumput sebuk kawo yang diberikan Tino tadi pagi.Â
"Coba minum Air Sebuk Kawo, Na" tawarku.Â
Aku segera memasak air dan menyeduh sebuk kawo. Nana meniup-niup Air Sebuk Kawo sambil meminumnya sedikit demi sedikit. Helai rambutnya bertiup dalam kepulan panas Air Sebuk Kawo. Cantik, diriku berbisik.
"Eh kok rasanya enak banget ya, jadi hangat," pipinya mulai merona merah.Â