Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Ada Cinta dalam Sesayak Air Sebuk Kawo

11 November 2022   21:09 Diperbarui: 13 November 2022   00:15 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa diletakkan di atas dapur biarkan mengering, kadang sampai seminggu baru kering. Persis cara membuat salai ikan.

Sumber foto https://pdipkreatif.id/detail/kuliner/1219/galeri
Sumber foto https://pdipkreatif.id/detail/kuliner/1219/galeri

Kemudian baru dipanaskan langsung di atas api seperti yang dilakukan Tino tadi dan setelah dingin daun kawo diremas hingga menjadi potongan kecil-kecil. Dan inilah disebut "Sebuk Kawo".

Tino segera memasukkan sebuk kawo ke dalam teko berisi air panas mendidih, menyeduhnya. Dan jadilah Air Sebuk Kawo.

"Ayo minum Air Sebuk Kawo" tawar Tino dengan mengulurkan sayak. Sayak adalah mangkok yang terbuat dari batok kelapa. 

Biasanya, Air Sebuk Kawo yang berasal dari sebuk kawo ini dihidangkan dalam tabung bambu  dengan mangkok batok kelapa. Air Sebuk Kawo adalah minuman khas Kerinci yang sudah ada dari zaman Belanda.

Aku menciumi aroma yang agak aneh, bukan aroma kopi tentu saja. Terasa agak kelat di lidah, meminumnya dalam keadaan hangat dan terasa sekujur badan juga hangat. 

Air Sebuk Kawo memang berkhasiat untuk menghangatkan badan, mengembalikan stamina tubuh apalagi dalam cuaca dingin seperti ini.

"Wah Tino, bisa minta sebuk kawonya? "pintaku. 

Tino mengambil sejumput sebuk kawo memasukkan dalam plastik. Aku mengucapkan banyak terima kasih dan siap berangkat.

Aku selalu PeDe jalan sendiri, seorang teman apalagi tidak satu frekuensi adalah ribet., rumit dan mood bisa buyar. Gerimis masih setia menetes membasahi jas hujan. Tak ada guna mengutuk, toh ini pilihanmu, batinku berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun