Dua belas tahun setelah kejadian tersebut, kakak perempuan saya juga meninggal dunia karena melahirkan dan meninggalkan seorang bayi laki-laki yang baru dilahirkan. Ibu saya tetap tegar, tabah dan kembali menangis dalam diam.
Dari empat orang anak, ibu telah kehilangan dua anak di usia muda, yakni anak pertama dan anak ketiga dan sekarang hanya tinggal saya berdua dengan kakak perempuan.Â
Saya akui ibu begitu kuat, tabah dan ikhlas. Pernah saya tanyakan kepada ibu, apa yang membuatnya kuat melepaskan anak-anak tercintanya.
Ibu memberi sebuah pelajaran, bahwa hidup ini harus ikhlas. Semua harus ikhlas, dengan ketulusan dan kerelaan hati. Menyerahkan segala sesuatu yang telah digariskan kepada Allah sang pemilik hidup. Kesedihan tentu tak akan hilang karena kita manusia biasa yang mempunyai perasaan.
Sedih boleh tapi tidak boleh terlampau larut dalam kesedihan. Harus tetap tegar dan kuat karena kehidupan terus berjalan. Kala kakak sulung saya yang meninggal karena melahirkan, ibu saya sangat tegar dan menguatkan diri mengingat ada bayi laki-laki yang harus dirawatnya.Â
Optimisme inilah yang menambah kekuatan kita untuk bertahan dan menghadapi masa depan yang masih panjang. Ibu selalu mengingatkan kami bahwa harus optimis, kuat dan selalu menjaga kesehatan. Jangan karena kita larut dalam kesedihan membuat kita sakit.
Mengucapkan kata ikhlas memang sangat mudah, tapi menjalankannya butuh waktu yang panjang. Saya sendiri juga mengalami kesedihan panjang karena abang saya adalah teman bermain dari lahir. Makanya dengan sahabat-sahabat pria saya selalu dekat dan saya anggap sebagai saudara, karena saya termasuk yang sulit menyembuhkan kesedihan. Ibu menjadi cermin bagi saya bagaimana pelajaran dari keikhlasan.
Kepergian, kematian harus diikhlaskan. Kematian pasti datang, cepat atau lambat. Siap atau tidak siap, harus rela melepaskan. Dengan mengikhlaskan kepergian seseorang akan melapangkan hati dan batin kita. Mendekatkan diri pada Allah dengan mengirim doa adalah bentuk kasih sayang kita kepada mereka yang pergi.
Karena sesungguhnya mencintai adalah mengikhlaskan. Â
FS, 05 Juni 2022