Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengikhlaskan Kepergian Seseorang

5 Juni 2022   14:09 Diperbarui: 5 Juni 2022   14:39 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kehilangan adalah cara terbaik untuk belajar ikhlas tanpa batas"

Kita semua, turut berduka akan kepergian Eril putra dari Bapak Ridwan Kamil. Kepergian yang tak disangka-sangka. Itulah takdir Allah, ketentuan Allah yang harus diterima. Jika manusia mengetahui akan takdirnya, tentu berusaha mencegah. Seperti peristiwa yang terjadi pada Eril, jika mengetahui akan takdir mungkin Eril tidak akan berenang di Sungai Aare, Swiss. 

Dalam Al-Qur'an, Surat Al-Qamar ayat 49 disebutkan, "Sesungguhnya, Kami telah menciptakan segala sesuatu dengan takdir (yang telah Kami tetapkan kepadanya di Lauhil Mahfudz)". Semua kejadian di semesta ini sudah tertulis dalam catatan takdir yang menjadi ketentuan Allah SWT.

Peristiwa  kepergian yang tak disangka-sangka juga menimpa keluarga kami pada masa yang lalu. Saudara laki-laki satu-satunya, abang saya berpulang karena kecelakaan motor. 

Abang saya saat itu berusia 14 tahun dan masih bersekolah di SMP. Saat kejadian, dia mengendarai motor dan membonceng seorang temannya mencari bahan untuk prakarya.

Ketika melewati jembatan yang belum selesai pengerjaannya dan kiri kanan jembatan masih dipagar darurat, abang saya menabrak sisi kiri jembatan dan jatuh ke sungai. 

Dari jembatan terjun ke sungai dengan ketinggian sekitar 15 meter, bagian kepala abang saya mengalami pendarahan yang parah dan meninggal dunia di rumah sakit. Sementara teman abang saya selamat dengan kaki patah.

Kesedihan yang sangat dalam kami alami sekeluarga, bahkan sampai hari ini jika kami terkenang tetap kesedihan itu muncul kembali walaupun peristiwa itu sudah lama terjadi.

Mengenai ibu dan bapak saya, apakah menangis meraung-raung saat kejadian? Tidak, saya hanya menyaksikan ibu dan bapak menangis sekali di rumah sakit setelah itu ibu saya hanya "menangis dalam diam". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun