Sehingga jika pembukaan perkebunan sawit di dalam kawasan hutan berakibat diantaranya :
- perkebunan sawit yang didirikan pada hutan primer atau sekunder menjadi habitat yang tidak cocok untuk sebagian besar spesies asli yang tinggal di hutan
- perluasan perkebunan kelapa sawit berdampak negatif pada hutan, terjadinya penebangan hutan serta menghancurkan habitat alam
- merusak hutan yang menjadi habitat satwa yang tinggal di hutan. Pembukaan/perluasan lahan ini juga membuka akses untuk pemburu liar berburu satwa dan menjualnya di pasar satwa illegal
- menciptakan emisi karbondioksida, kampanye ini sangat sering digaungkan. Perusahaan perkebunan sering memakai cara-cara kotor demi menghemat biaya dan cara cepat dengan membakar hutan untuk membuka lahan. Hutan yang terbakar melepaskan gas emisi karbondioksida dan mengancam atmosfer bumi. Pembakaran hutan ini juga menyebabkan asap yang sering menyelimuti wilayah Indonesia hingga ke Negara tetangga dan berbahaya bagi kesehatan
- pembukaan lahan dengan menebang hutan juga menyebabkan erosi pada tanah, polusi pada air karena pemakaian bahan kimia pada perkebunan kelapa sawit
Palm Oil: The Carbon Cost of Deforestation menyebutkan bahwa Indonesia dan Malaysia menyumbang hampir 85% dari produksi minyak sawit global untuk digunakan dalam makanan olahan, kosmetik dan bahan bakar nabati tetapi ribuan hektar hutan hujan menghilang untuk memenuhi permintaan minyak dunia yang terus meningkat.Â
Satu hektar lahan hutan hujan yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit membuat kita kehilangan sekitar 174 ton karbon dan satu hektar lahan hutan gambut yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit akan melepaskan 6 ribu ton CO2.
Sudah jelas seperti  dalam siaran pers oleh KLHK,  bahwa sawit bukan tanaman hutan  dan sawit tetap tergolong tanaman perkebunan serta ruang tanam sawit secara sah sudah ada ruang mekanismenya dan sudah terang benderang pula pengaturannya. Jadi jangan ada lagi perluasan perkebunan sawit di hutan primer ataupun hutan sekunder di wilayah Indonesia.
Sumber 1
Fatmi Sunarya, 09 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H