Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perkebunan Kelapa Sawit dan Hutan Kita

9 Februari 2022   21:46 Diperbarui: 9 Februari 2022   21:56 1633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto https://www.mongabay.co.id/2014/09/29/modus-perusahaan-sawit-rambah-hutan-bikin-perjanjian-dan-beli-hasil-panen-warga/

Sehingga jika pembukaan perkebunan sawit di dalam kawasan hutan berakibat diantaranya :

  • perkebunan sawit yang didirikan pada hutan primer atau sekunder menjadi habitat yang tidak cocok untuk sebagian besar spesies asli yang tinggal di hutan
  • perluasan perkebunan kelapa sawit berdampak negatif pada hutan, terjadinya penebangan hutan serta menghancurkan habitat alam
  • merusak hutan yang menjadi habitat satwa yang tinggal di hutan. Pembukaan/perluasan lahan ini juga membuka akses untuk pemburu liar berburu satwa dan menjualnya di pasar satwa illegal
  • menciptakan emisi karbondioksida, kampanye ini sangat sering digaungkan. Perusahaan perkebunan sering memakai cara-cara kotor demi menghemat biaya dan cara cepat dengan membakar hutan untuk membuka lahan. Hutan yang terbakar melepaskan gas emisi karbondioksida dan mengancam atmosfer bumi. Pembakaran hutan ini juga menyebabkan asap yang sering menyelimuti wilayah Indonesia hingga ke Negara tetangga dan berbahaya bagi kesehatan
  • pembukaan lahan dengan menebang hutan juga menyebabkan erosi pada tanah, polusi pada air karena pemakaian bahan kimia pada perkebunan kelapa sawit

Palm Oil: The Carbon Cost of Deforestation menyebutkan bahwa Indonesia dan Malaysia menyumbang hampir 85% dari produksi minyak sawit global untuk digunakan dalam makanan olahan, kosmetik dan bahan bakar nabati tetapi ribuan hektar hutan hujan menghilang untuk memenuhi permintaan minyak dunia yang terus meningkat. 

Satu hektar lahan hutan hujan yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit membuat kita kehilangan sekitar 174 ton karbon dan satu hektar lahan hutan gambut yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit akan melepaskan 6 ribu ton CO2.

Sudah jelas seperti  dalam siaran pers oleh KLHK,  bahwa sawit bukan tanaman hutan  dan sawit tetap tergolong tanaman perkebunan serta ruang tanam sawit secara sah sudah ada ruang mekanismenya dan sudah terang benderang pula pengaturannya. Jadi jangan ada lagi perluasan perkebunan sawit di hutan primer ataupun hutan sekunder di wilayah Indonesia.

Sumber 1

Fatmi Sunarya, 09 Februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun