Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi Unik Nusantara bagi Perempuan Pasca Menstruasi Pertama

14 Desember 2021   12:30 Diperbarui: 14 Desember 2021   12:32 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak perempuan yang mengikuti upacara adat Mome'ati ini berganti pakaian dengan batik tunggohu yang diikat sebatas dada lalu dilakukan siraman air kembang yang disebut acara momuhuto. 

Kemudian dilanjutkan dengan acara menginjakkan kaki di atas piring atau mopohuta'a to pingge, dengan dipandu oleh tuja'i dari pemangku adat. Setelah selesai prosesi ini barulah acara Mome'ati dilaksanakan. 

Upacara adat Mome'ati sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia tahun 2018. Upacara adat Mome'ati ini merupakan pembersihan diri lahir dan batin, ada pendidikan moral sesuai ajaran Islam.

Potong Gigi di Bali

bobo.grid.id/
bobo.grid.id/

Tradisi Potong Gigi yang menandakan anak perempuan sudah akil baliq ini merupakan upacara keagamaan Hindu  yang biasa disebut metatah, mapandes atau mesangsih. Tradisi ini melambangkan pensucian untuk anak yang beranjak remaja. Tradisi ini juga berguna untuk menambah aura kecantikan, gigi anak perempuan akan dikikir supaya rapi.

Upacara Potong Gigi bisa diartikan sebagai kewajiban orang tua kepada anaknya untuk menghilangkan segala keburukan, jiwa raga yang diliputi watak Sad Ripu bisa dihilangkan dan dapat menjadi hakekat manusia sejati. Sad Ripu, Sad yang artinya enam dan Ripu yang artinya musuh. Sad Ripu berarti enam macam musuh yang ada di dalam diri manusia, yakni Kama (nafsu), Lobha (tamak), Krodha (marah), Moha (bingung), Mada (mabuk) dan Matsarya (dengki).

Membagikan Bubur Merah di Jawa

Umumnya di Jawa, jika anak perempuan sudah beranjak remaja dengan ditandai menstruasi, dilakukan syukuran dengan membagikan bubur merah dan putih kepada masyarakat sekitarnya. Bubur putih dibuat tanpa gula sedangkan bubur merah diberi gula aren.

Upacara Tarapan Keraton Yogyakarta

www.kebumenekspres.com
www.kebumenekspres.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun