Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 Indonesia, putri tertua dari Bung Karno merupakan sosok yang sangat berpengalaman, yang telah melewati asam-garam pahit-getirnya politik. Mulai dari kudeta merangkak terhadap sang ayah, kuliahnya yang amburadul,berpolitik dalam pengebirian , kejadian Kudatuli yang tak akan pernah bisa dilupakan, hingga masalah gender.
Ini membuat Mega sangat hati-hati meladeni jurus taichinya Ahok. Ia tentunya tidak mau hanya gara-gara Ahok partai yang telah susah payah dibangunnya lebih dari 2 dasawarsa hancur berantakan. Oleh karena proses mekanisme organisasi masih terus berjalan, ditambah lagi masalah reklamasi yang belum tuntas, yang bisa menjatuhkan elektabilitas partai dan berimplikasi pada pilpres period ke-2. Namun Mega pasti sadar betul, bagaimana kepopuleran Ahok dikalangan wong cilik.
Kita tunggu saja, bagaimana dinamika terjadi, bagaimana Ahok terus melakukan gaya-gaya taichi nya menghadapi lawan-lawannya, bagaimana biasnya apabila PDI-P tidak mendukung Ahok apakah dapat berimplikasi kepada perubahan besar-besaran koalisi Indonesia Hebat. Pecahnya pasangan mesra PDI-P – Nasdem, atau bahkan manuver yang akan dilakukan Golkar yang sudah terlanjur menerbitkan piagam pemenangan Jokowi 2019. Disatu sisi bisa saja Ahok tiba-tiba mendapatkan KTA sebagai kader aktif PDI-P, dan masih banyak kemungkinan lainnya.
Bila rumus politik mega berbeda dengan Ahok, tidak menutup kemungkinan hasilnya akan sama. Ibarat kita mencari keliling lingkaran, kita bisa menggunakan rumus yang berbeda untuk hasil yang sama.
Namun yang terpenting bagi kita rakyat yang cerdas, adalah bagaimana kepemimpinan nasional kita betul-betul berpihak kepada rakyat, kepada rakyat Marhaen , tidak ada penyelewengan, tidak ada perselingkuhan, tidak ada pengkhianatan dibalik keberpihakan. Sehingga trisakti yang didengung-dengungkan Bung Karno segera menjadi kenyataan!
“Kita bergerak karena kesengsaraan kita, kita bergerak karena ingin hidup lebih layak dan sempurna. Namun kita bergerak tidak karena ideal saja, kita bergerak karena ingin cukup makanan, ingin cukup pakaian, ingin cukup tanah, ingin cukup perumahan, ingin cukup pendidikan, ingin cukup meminum seni dan cultuur. Pendek kata kita bergerak karena ingin perbaikan nasib didalam segala bagian-bagiannya dan cabang-cabangnya”.(Bung Karno didalam Risalah Mencapai Indonesia Merdeka, tahun 1933)
Merdeka!!!