Mohon tunggu...
Fatah Baginda Gorby Siregar
Fatah Baginda Gorby Siregar Mohon Tunggu... -

-Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia - Ketua Komisi Politik Konferensi Cabang XIX GMNI Kota Medan -Ketua Lembaga Studi Elang-Rajawali Indonesia - Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok dan Politik Taichi-nya

31 Juli 2016   02:14 Diperbarui: 2 Agustus 2016   02:53 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Mega sendiri tidak cepat-cepat, tidak grasak-grusuk, dengan segudang pengalaman yang beliau dapat semenjak beliau terjun kedalam dunia politik, ia tentu mempunyai rumus sendiri, teknik sendiri, Ibu Mega seakan enak saja menghindar dari serangan taichi ala ahok. Publik sendiri sudah terbiasa dengan “diamnya” Mega, yang memang misterius, yang akhirnya bisa diluar dugaan publik dan kalangan pengamat. Ingat saja “Sabda Pandito Ratu” yang di-ejawantahkan didalam surat keputusan pencalonan Jokowi sebagai Presiden. Betapa sakralnya SK tersebut dibuat, bila SK sekarang pada umumnya diketik, maka ini di “sakralkan” dengan tulisan tangan Ibu Mega sendiri. Sebagai ketua umum PDI-P Ibu Mega menginstruksikan kepada rakyat banyak agar mendukung Jokowi didalam pilpres 2014, hingga terjadilah deklarasi di Gedung Joang’45 pada waktu itu, ini merupakan rangkaian peristiwa yang cukup mengagetkan publik, karena publik menilai sepertinya  Mega ingin mencalonkan kembali sebagai Presiden RI bersanding dengan Joko Widodo.

Kita meninggalkan PDI-P sejenak, kemudian kita kembali melihat kiprah Ahok. Ia kemudian menghadapi halangan yang cukup besar , setelah kasus Sumber Waras surut dari perhatian publik, muncul lagi kasus yang banyak menyita tenaganya yaitu kasus reklamasi Teluk Jakarta. Badai Teluk Jakarta ini sedikit membuatnya kelimpungan, kasus pembangunan pulau-pulau yang “diizinkan” oleh Ahok padahal rancangan peraturan daerahnya belum disahkan. Kedekatan Ahok dengan bos Podomoro Group , proses peradilan, bukti percakapan M.Sanusi ketua komisi D DPRD DKI-Jakarta dengan manajer perizinan PT Agung Sedayu Group, Saiful Zuhri alias pupung. Belum lagi soal tanda tangan dibeberapa berkas perizinan oleh Ahok,  ditambah lagi ada semacam perbedaan pendapat dengan Menko Kematiriman Rizal Ramli, membuat Ahok cukup berkeringat.

Ia tentu saja paham, bagaimana alotnya pembahasan raperda oleh DPRD, kejelasan bagi-bagi kue (walaupun ia berkelik tidak mengetahui hal itu) dan masih banyak lagi , ini adalah implikasi akibat ia tidak menguasai parlemen. Ia tidak bisa begitu saja meninggalkan legislatif.

Ini menjadi catatan tersendiri bagi PDI-P, bagaimana kondisi reklamasi ini seakan-akan terbentur dengan semangat “nawacita”nya pemerintah pusat,terbentur dengan trisaktinya Bung Karno dan menyentuh kepentingan “wong cilik”. Jangan kita lupakan pidato politik perdana Jokowi di pelabuhan Sunda Kelapa, diatas geladak kapalnya Marhaen, mungkin ini yang menyebabkan semakin panjang waktu untuk “diamnya” Mega.

Kesabaran Ahok kian menipis, dari berbagai situasi diatas , ia tidak lupa dengan penantian publik yang sekian lama menunggu sikapnya.  Ia memainkan jurus taichi nya kembali . Bila penulis menyukil kata-kata Anotnio Gramsci, filsuf dari Italia yaitu “politik bukanlah sekedar cara untuk mencapai kekuasaan, tetapi lebih dari itu politik adalah bagaimana kita mampu mengakomodasikan semua kentingan dari kelompok masyarakat tersebut dalam sebuah aktivitas yang mempunya sinergitas”. Kalimat ini cukup mewakili apa yang akan dilakukan Ahok kemudian, Ahok menyatakan sikapnya. Ia telah menghitung baik-buruknya, baik secara matematis, baik secara konsekuensi logis maupun tak logis bila ia memilih salah satu jalur.  Dengan gayanya didalam acara halal-bihalal, ia menyatakan sikapnya. Dimulai dengan pernyataan beberapa pentolan dari “Teman Ahok” yang mengatakan “tidak menjadi soal bapak maju dari mana, yang penting Teman Ahok telah menyediakan kendaraan buat bapak, ketika bapak tidak mempunyai kendaraan politik. Yang penting memuluskan langkah bapak menjadi gubernur”. Ini sebenarnya sudah mengindikasikan Ahok ingin maju lewat jalur parpol. Terbukti tidak banyak yang disampaikan Ahok, ketika ditanyakan perihal pencalonan dirinya, ia hanya menjawab dengan 3 kata yaitu “lewat partai sajalah”, 3 kata yang telah mewakili sikapnya dan menjawab pertanyaan publik selama ini.

Jika kita melakukan pembedahan terhadap satu juta orang pendukung Ahok, mungkin manusiawi ada sebagian yang kecewa melihat sikap Ahok, ada juga yang beranggapan Ahok tidak konsisten, dan masih banyak lagi. “Teman Ahok” ini sendiri terdiri dari beberapa kalangan, kalangan non-partisan yang mungkin diwakili oleh kalangan anak muda, ibu-ibu hingga pedagang kaki lima. Namun belum ada data pasti berapa dari satu juta orang tersebut kader murni dari partai politik yang menyumbangkan KTP nya, yang bisa saja terdaftar dipartai yang 3 atau partisipan partai pengusung ahok.  Disini juga ada semacam eksodus besar-besaran, massa yang berjumlah satu juta ini bisa juga yang awalnya non partisan, maenjadi partisan partai pendukung. Berbicara politik, semua kemungkinan bisa terjadi.  Kita melihat elektabilitas Golkar yang meningkat dari 9 % menjadi hampir 17% ,pasca keputusan Golkar merapat kepada pemerintah, dan mungkin saja setelah keputusan Golkar mendukung Ahok menjadi satu variabel pendukung kenaikan elektabilitas tersebut.  Bisa saja sebagian dari “Teman Ahok” yang masuk kedalam Golkar, atau mayarakat awam kembali lagi memilih Golkar. Ya, semuanya bisa.

Terlepas dari itu semua Ahok berhasil melakukan jurusnya, melakukan manuver, ia sadar betul bagaimana pahitnya menjalankan pemerintahan eksekutif tanpa dukungan dari legislatif. Bila kita sedikit liar berfantasi bisa-bisa saja dengan adanya 24 kursi pendukung , pembahasan Raperda disatu sisi bisa diselesaikan. Ahok juga agak sedikit bisa menarik nafas lega,  melihat bagaimana arah angin agak berpihak kepadanya. Reshuffle kabinet beberapa lalu bila dilihat kondisinya, Ahok akan sedikit bergembira. Menko Kemaritiman, Rizal Ramli yang sering berbeda pendapat dengannya mengenai reklamasi diganti dengan Luhut Pandjaitan, patih nya Bu Mega. Namun Ahok jangan terlalu senang dulu, bisa saja ini usaha PDI-P untuk menaikkan posisi tawar mereka terhadapnya. Waktu yang semakin sempit, membuat Ahok cepat bertindak dan tanpa membuang-buang waktu memanfaatkan momentum tersebut, hingga terjadilah insiden semobil bertiga.

3.Insiden Semobil Bertiga

Kejadian yang terjadi baru-baru ini dimana Presiden Jokowi, Ahok dan Ibu Mega semobil bersama menuju rapimnas partai Golkar. Terlepas siapa menebeng siapa, disini kita melihat jelas Presiden Jokowi tidak melupakan begitu saja sahabat karibnya dibalai kota sendirian, ia keluar dari istana membantu Ahok untuk mendapatkan restu dari Ibu Besar. Ahok begitu beruntung mempunyai kawan seperti Jokowi, yang dengan begitu saja meninggalkan embel-embel jabatan superiornya, melanggar protokoler demi membantu temannya menghadapi sang senior.

Ini tentu saja bukan drama, ini juga bukan settingan sinetron, tapi memang kejadian ini seperti sudah direncanakan matang. Kita tidak tahu bagaimana perbincangan yang terjadi didalam mobil, perbincangan yang mungkin bisa dibilang tingkat tinggi, bagaimana Jokowi melakukan pendekatan dengan Bu Mega melalui guyonannya, bagaimana wajah Ahok menunggu dan berharap-harap cemas , kata-kata yang keluar dari mulut Ibu Mega. Ia mungkin menunggu sambil membayangkan ketika kemarin itu ia menjadi penerima pertama buku hadiah dari Ibu Mega.

Diluar Ahok bisa saja mencandai wartawan dengan banyolan “enggak, kebetulan aja bareng sama-sama mau ke rapimnas”. Ketika ditanya pertanyaan seputar Ibu Mega, ia berdalih ”Ibu tetap ingin melihat mekanisme partai yang berjalan”, apapun pembahasannya hanya mereka bertiga dan sang supir yang tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun