Mohon tunggu...
Fasya Ghania
Fasya Ghania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Fasya, seorang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional yang tertarik dengan pengembangan politik antar negara.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Logika atau Manipulasi? Analisis Filsafat dalam Propaganda Politik

30 Desember 2024   21:11 Diperbarui: 30 Desember 2024   21:11 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manipulasi logika memiliki dampak berbahaya, baik bagi politisi maupun masyarakat. Pertama, manipulasi ini dapat mengganggu citra politisi. Ketika para pemilih menyadari adanya manipulasi logika yang diucapkan oleh seorang politisi, kepercayaan mereka terhadapnya akan menurun. Mereka yang menyadari nalarnya sedang dimanipulasi mungkin merasa dibodohi, tidak dihormati, dan perlahan-lahan akan kecewa. Dalam jangka panjang, kekecewaan ini dapat berakibat pada penurunan partisipasi pemilih dalam pemilihan umum. Bagi masyarakat, manipulasi logika cenderung memperkuat pola pikir hitam-putih. Di sini, kompleksitas suatu isu akan terabaikan dan tergantikan dengan pandangan yang bersifat biner, yakni "kami" versus "mereka". Hal ini dapat meningkatkan polarisasi di masyarakat, di mana orang terpecah menjadi kelompok yang saling bertentangan. Dalam situasi demikian, percakapan yang konstruktif di masyarakat menjadi terhambat karena fokusnya beralih dari substansi argumen menjadi permainan kata-kata atau taktik manipulatif. Untuk mengurangi dampak negatif dari manipulasi logika dalam argumen politik, penting bagi pemilih untuk bersikap lebih cerdas dalam mengonsumsi informasi. Beberapa langkah untuk menjadi pemilih yang cerdas antara lain dengan menjadi pendengar dan pembaca yang kritis dan selektif serta berilmu pengetahuan yang luas. Dalam hal ini, kita perlu mencermati suatu argumen politik dan mengidentifikasi apakah ada kekeliruan logika di sana.

Adapun contoh lain seperti 

Ad Hominem, dimana ia menyerang karakter lawan daripada membahas isu atau argumen yang disampaikan.
Contohnya, Daripada menjawab kritik terhadap kebijakan lingkungan, seorang politisi berkata, "Bagaimana kita bisa percaya pada dia? Dia bahkan pernah terlambat bayar pajak!"

Bandwagon, menggunakan tekanan sosial untuk mengarahkan orang agar mengikuti mayoritas.
Contohnya "Sebagian besar rakyat mendukung kebijakan ini. Kalau Anda tidak setuju, Anda tidak bersama rakyat!"

Fear-Mongering (Menebar Ketakutan, menggunakan rasa takut untuk memengaruhi keputusan tanpa memberikan solusi rasional.
Contohnya "Jika kita tidak segera mendukung kebijakan ini, negara kita akan berada di bawah ancaman serangan ekonomi dari luar!"

Cherry Picking, memilih fakta tertentu yang mendukung argumen sambil mengabaikan fakta yang bertentangan.
Contohnya "Pengangguran menurun 5% dalam dua tahun terakhir!" (Namun tidak disebutkan bahwa tingkat kemiskinan justru meningkat selama periode yang sama.)

False Dilemma, membingkai isu dengan memberikan dua pilihan ekstrem seolah-olah tidak ada alternatif lain.
Contohnya "Anda mendukung kebijakan ini, atau Anda mendukung kehancuran negara!"

Red Herring, mengalihkan perhatian dari isu utama dengan membahas topik yang tidak relevan.
Contohnya ketika ditanya tentang transparansi keuangan, seorang politisi menjawab, "Apa yang lebih penting adalah bagaimana kita meningkatkan kesejahteraan rakyat."

Appeal to Emotion, menggunakan emosi seperti rasa sedih, marah, atau bangga untuk memengaruhi audiens daripada memberikan argumen rasional.
Contohnya "Bayangkan anak-anak kita tumbuh di dunia tanpa peluang kerja. Apakah itu yang Anda inginkan?"

Loaded Questions, mengajukan pertanyaan yang mengandung asumsi negatif sehingga lawan terjebak dalam pembenaran.
Contohnya "Kapan Anda akan berhenti mendukung kebijakan yang merugikan rakyat kecil?"

Oversimplification, menyederhanakan masalah kompleks secara berlebihan sehingga solusinya terlihat mudah atau salah arah.
Contohnya "Kita hanya perlu memotong anggaran untuk menyelesaikan semua masalah ekonomi negara."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun