Mohon tunggu...
Faruq Abdul Quddus
Faruq Abdul Quddus Mohon Tunggu... Penulis - Direktur Fata Institute

Seorang Content Writer, Praktisi Dakwah Digital, Penggiat Studi Islam, Filsafat dan Bahasa. Suka Nulis, Ngoleksi Buku dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajar Mencintai Guru dari Sosok Rumi: Mistikus Terbesar Sepanjang Sejarah

7 Juni 2023   06:07 Diperbarui: 7 Juni 2023   06:29 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis 40.00 syair sufistik dalam rentang waktu 30 tahun, mejadikan Rumi salah seorang mistikus terbesar yang pernah lahir dimuka bumi. Semuanya tertuang dalam karyanya yang berjudul Diwan-i Syams-i Tabrizi. Karya ini lahir setelah perjumpaan Rumi dengan Gurunya yang bernama Syams Tabrizi. Selain melahirkan karya persembahan untuk Gurunya, Rumi juga menulis 25.000 syair dalam karyanya Matsnawi. 

Matsnawi disusun karna permintaan Murid kesayangannya, Husam al-Din Khalabi. Sedangkan Diwan dipersembah untuk Gurunya, Syam Tabrizi. Diwan selesai disusun belakangan setelah Matsnawi dua belas atau empat belas tahun menjelang ahir hidup rumi..Selain Matsnawi dan Diwan ada juga Fiihi Mafihi dan Rubaiyat. Begitu produktif Rumi sepanjang hidupnya.

Rumi wafat 800 tahun yang lalu, namun namanya menjadi penyair paling populer di Amerika Serikat saat ini. Padahal Rumi lahir menjadi seorang Muslim tapi mampu memberikan pencerahan dikalangan non muslim sekalipun. Menurut laporan BBC Culture pada tahun 2014, buku puisi Rumi terjual lebih dari Jutaan kopi di AS. Membuatnya menjadi salah satu penyair populer di dunia Barat melampaui penyair kontemporer lainnya.

Yang membaca tulisan rumi bukan hanya penggiat sastra, namun berbagai macam kalangan,mulai dari artis, akademisi sampai anak muda .Salah seorang akademisi agama menyebutkan bahwa sosok rumi mengkombinasikan tiga hal sekaligus. Ia memiliki perenungan intelektual seperti plato.Ia juga mempunya visi spiritual seperti Yesus atau Budha. Dan ia juga mahir dalam menemukan kata-kata indah seperti Shakespeare.

Kombinasi ketiganya membuat rumi sangat relevan bagi dunia saat ini,perenungannya yang mendalam, visi spritualnya yang luas serta keindahan kata-katanya membuatnya sulit dilampaui oleh penyair lainnya.


Bertemu dengan Syam Tabrizi
Rumi lahir pada tanggal 30 september 1207 M di Balkh yang sekarang kita kenal menjadi Afganistan dan wafat pada tanggal 17 Desember 1273. Murid-murid dan para sahabatnya memanggilnya dengan sebutan Maulana (Tuanku) karna kedalaman ilmu yang dimiliki. 

Selain sebagai seorang sufi rumi juga terkenal sebagai seorang yuridis,teolog dan penyair di era abad ketiga belas karna karya-karyanya yang luar biasa yang mampu memberikan pencerahan bagi siapa saja yang membacanya. Bisa dibilang Rumi adalah salah satu penyair terbaik dalam sejarah.

Pada tahun 1244, Rumi bertemu dengan Syam Tabrizi, seorang Guru Sufi yang mengubah kehidupannya. Rumi begitu mencinta Gurunya sehingga rela meninggalkan murid dan keluarganya,menghasbiskan malam dan siang berasama Syam Tabrizi untuk belajar banyak hal, memahami esensi cinta yang murni dan bagaimana mengekspresikannya untuk mencapai maqom tertinggi yakni mahabbah.

Menurut Riwayat Syams Tabriz, berasal dari daerah tabriz sebuah kota di sebelah barat Iran. Ia terlahir menjadi anak yang istimewa, berbeda dengan teman sebayanya. Sehingga ia memutuskan untuk berkelana mencari teman sejati. 

Selama berbulan-bulan,Syams mengembara dari satu titik ke tempat yang lainnya sehingga ia berjumpa Rumi yang kala itu berusia 37 tahun. Saat itu Rumi menjumpai Syams mengenakan pakaian yang lusuh yaris seperti gelandangan.


Perpisahan dengan Syam Tabrizi
Namun siapa sangka, ternyata Syams justru melempari Rumi sebuah pertanyaan yang megejutkan sampai Rumi mendadak jatuh pingsan akibat tak mampu menjawab pertanyaan dari Syams.

Pertemuan dengan Syams menjadi titik balik bagi kehidupan sepritual Rumi. Hubungannya sangat dekat dan akrab hampir selama tiga tahun. Keduanya memilih untuk pergi mengasingkan diri, berkhalwat dari keramaian. Sehingga sampai pada suatu titik ilmu yang ia dapatkan sudah mencapai tingkat tinggi,sambil berpuisi ia mengatakan "Aku hanyalah debu dari Telapak Kaki Nabi Muhammad Saw".

Pada suatu hari, Rumi terlihat sangat sedih karna ditinggal oleh sang Guru secara misterius. Kepergian Syams menjadikan hari-hari Rumi terasa hampa dan gelisah. Rumi pun mengutus muridnya untuk mencari Syams, dan berhasil membawa Syams  kembali. Namun tak lama kemudian Syams menghilang lagi hingga pada akhirnya tidak pernah kembali lagi bertemu Rumi.

Sejak saat itu, Syams sudah tidak diketahui lagi jejaknya yang membuat Rumi sangat sedih berhari-hari.Rumi benar-benar merasakan kehilangan panutan dalam hidupnya. Karna Rumi sudah menganggap Syams sesuai arti namanya sebagai Matahari. Hal ini Rumi ungkapkan dalam dalam salah satu karyanya yang berjudul Diwan-Syamsi Tabriz "Seperti awan bergerak dibelakang Matahari, semua hati menyertaimu.O, Matahari Tabrizi.


Belajar Mencintai Guru dari Rumi

Perjalanan Hidup Jalaluddin Rumi dengan gurunya Syam Tabrizi menunjukkan kepada kita bagaimana mencintai dan menghormati guru melalui hubungan spiritual dan intlektual. Di dalam kisah hidup Rumi, terdapat hikmah dan pelajaran berharga tentang pentingnya mencintai guru. Berikut adalah beberapa panduan yang dapat kita ambil dari sosok Jalaluddin Rumi:

Kesediaan untuk Belajar: Rumi menunjukkan kesediaan dan kerendahan hati untuk belajar dari gurunya. Ia menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang dapat dipelajari dan bahwa gurunya memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan yang lebih dalam. Rumi mengajarkan kepada kita betapa pentingnya meletakkan ego kita dan membuka hati serta pikiran untuk menerima pelajaran dari guru.

Pengabdian dan Kesetiaan: Rumi menunjukkan pengabdian dan kesetiaan yang luar biasa terhadap gurunya. Ia memuja dan menghormati Syams Tabrizi, dan berjuang untuk memahami ajaran-ajaran gurunya dengan sepenuh hati. 

Pengabdian ini mencerminkan rasa hormat dan cinta yang tulus terhadap sosok yang membimbing kita. Rumi mengajarkan kepada kita bahwa cinta dan pengabdian yang tulus kepada guru adalah kunci untuk memperdalam pemahaman spiritual kita.

Ketulusan dan Keterbukaan Hati: Rumi menunjukkan ketulusan dan keterbukaan hati terhadap ajaran gurunya. Ia menerima setiap kata dan petunjuk dengan penuh kepercayaan, tanpa ada keraguan atau ketidakpercayaan. Rumi mengajarkan kepada kita pentingnya membuka hati dan pikiran kita untuk menerima ajaran guru dengan keyakinan dan kepercayaan yang tulus.

Pencarian dan Pemberdayaan Diri: Rumi menunjukkan semangat pencarian yang kuat dalam perjalanan spiritualnya. Ia tidak hanya menerima ajaran gurunya secara pasif, tetapi juga secara aktif mencari kebenaran dan kedalaman yang lebih dalam melalui dialog dan refleksi. Rumi mengajarkan kepada kita bahwa mencintai guru juga berarti melakukan pencarian yang aktif dan mengambil tanggung jawab untuk memperdalam pemahaman kita sendiri.

Penyebaran Kebaikan dan Kebijaksanaan: Setelah memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan dari gurunya, Rumi menyebarkan ajaran-ajarannya melalui puisi dan tulisannya. Ia berbagi kebaikan dan kebijaksanaan yang diterima dari guru dengan dunia di sekitarnya. Rumi mengajarkan kepada kita bahwa mencintai guru juga berarti menggunakan pengetahuan dan kebijaksanaan yang kita peroleh untuk memberikan dampak positif bagi orang lain.

Perjalanan hidup Jalaluddin Rumi dengan gurunya Syams Tabrizi memberikan contoh yang luar biasa tentang bagaimana mencintai dan menghormati guru. Melalui kisah ini, kita dapat belajar untuk menjadi murid yang rendah hati, setia, tulus, dan terbuka dalam perjalanan kita mencari pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam. 

Dengan mencintai dan menghormati guru, kita dapat memperoleh hikmah dan kebijaksanaan yang dapat membimbing kita dalam pertumbuhan spiritual dan intelektual.

Penulis : Faruq Abdul Quddus (Mahasiswa SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun