Mohon tunggu...
Farrell Dave Kasoa
Farrell Dave Kasoa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Sophos School Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Usaha Tokoh Pejuang dalam Mempertahankan Integrasi Bangsa

3 September 2024   14:59 Diperbarui: 3 September 2024   15:00 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Rose, 2013, pp. 38) 

Satu tahun setelah menjadi Kolonel, pada tahun 1958, ia ditugaskan memimpin Operasi 17 Agustus di Sumatera Barat, pusat perlawanan yang dinamakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara. Perlawanan itu dengan cepat ditumpaskan. 

Ia mendapatkan beberapa promosi lainnya selama ia hidup, namun pangkat tertingginya ia raihkan pada tahun 1962, dimana ia dijadikan Menteri Panglima Angkatan Darat. Sayangnya, ini merupakan alasan akhir hidupnya (Ida, ).
Salah satu pemimpin Banteng Raiders adalah Letnan Kolonel Untung. Ia juga yang memimpin G30S (Petrik, 2017), dan saat mereka mencoba menculik Ahmad Yani, ia dibunuh setelah melawan penculiknya, menyebabkan dia untuk ditembak mati (Yuda, 2023). 

5. Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Sri Sultan Hamengku Buwono IX, nama asli Bendoro Raden Mas Dorodjatun, belajar dari sistem edukasi Belanda dari usia muda, mengikuti sekolah Hogere Burgerschool lalu melanjutkan kuliah di Belanda. Lepas dari latar belakang pendidikannya, dia sangat anti-Belanda. Iaa menjadi sultan Yogyakarta, menggantikan ayahnya, lalu, pada 25 Maret 1973, ia dijadikan wakil presiden kedua.

Sultan, saat Indonesia baru dibentuk, mengatakan bahwa Yogyakarta adalah bagian NKRI. Ia merupakan figur yang pro integrasi dan membantu saat Jakarta dikuasai Sekutu, menjadikan Yogyakarta pusat pemerintahan. Perannya pada Serangan Umum 1 Maret 1946 juga penting, ketika TNI melawan balik Belanda menguasai Yogyakarta lalu menawan pemimpin pemerintahan. Mereka berhasil untuk melawan Belanda dan menguasai balik Yogyakarta (Hapsari & Adil, 2013, pp. 36-37). 


Kesimpulan

Mempertahankan integrasi negara bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan kerjasama oleh para tokoh-tokoh dalam membuat suatu kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak. 

Soekarno memiliki kemampuan dalam meluruskan pandangan-pandangan masyarakat dan memiliki kemampuan politik yang kuat. Pada saat dia menjabat sebagai presiden, ia mengeluarkan Dekrit Presiden untuk mencegah adanya konflik antar partai yang berlebihan. 

Mohammad Hatta memiliki kemampuan dalam koperasi dan menjalankan roda ekonomi. Dimulai dari menjadi bendahara di Jong Sumatraen, lalu pada akhirnya ia berdiri di depan KNIP dan meletakan politik luar negeri Indonesia, dimana politik Indonesia adalah Bebas Aktif.

Abdul Haris Nasution mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bidang strategi. Saat ia sebagai panglima komando, ia menggunakan kemampuan itu untuk menekan aksi separatisme dan mengubah political switch militer Indonesia dari aktif menjadi moderat.

Ahmad Yani adalah seorang pemimpin pasukan Banteng Raiders. Pasukannya tersebut berhasil menumpaskan gerakan-gerakan seperatis yang berbahaya.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah Sultan Yogyakarta. Pada saat Indonesia merdeka ia setia dan tunduk dalam kebijakan pemerintah pusat dan berkontribusi mendukung Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun