Mohon tunggu...
Farrell Dave Kasoa
Farrell Dave Kasoa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Sophos School Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Usaha Tokoh Pejuang dalam Mempertahankan Integrasi Bangsa

3 September 2024   14:59 Diperbarui: 3 September 2024   15:00 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Rose, 2013, pp. 38) 

Mohammad Hatta adalah salah satu founding father Indonesia dan Wakil Presiden RI Pertama (Hapsari & Adil, 2013, pp. 34). Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi karena dasar-dasar pemikirannya yang kemudian dirumuskan dalam Pasal 33 UUD 1945. Lahir di Bukittinggi pada 12 Agustus 1902, merupakan anak dari dari ulama yang sangat dihormati, Haji Mohammad Jamil. Pada usia 16, ketertarikan politik dan nasionasil sudah tertanam. Pada tahun yang sama, ia juga terpilih menjadi bendahara cabang dari Jong Sumatranen Bond yang pertama kali dibuat di Padang 1918 (Kahin, 1980, pp. 113). Pada tahun 1932, Hatta mendapat gelar Doktorandus (Drs. ) di Rotterdam School of Commerce (Kahin, 1980, pp. 113; Hapsari & Adil, 2013, pp. 35). Di Holland, Hatta kemudian masuk dalam salah satu organisasi besar, yaitu Perhimpunan Indonesia. Ia masuk sebagai bendahara pada tahun 1922-1925 dan menjadi ketua sampai 1930. 

(Rose, 2013, pp. 38) 
(Rose, 2013, pp. 38) 

Bung Hatta dikenal sebagai peletak politik luar negeri Indonesia, melalui pidatonya di KNIP pada September 1948 yang diberi judul "Mendayung di Antara Dua Karang" (Hapsari & Adil, 2013, pp. 35). Menurut Hatta politik luar negeri Indonesia harus bebas yang berarti tidak terpengaruhi oleh kepentingan politik manapun dan aktif yang berarti berusaha aktif dalam perdamaian dunia (Malikul, 2014, pp. 21).

3. Abdul Haris Nasution

Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution adalah salah satu figur penting dalam militer Indonesia. Ia terkenal karena sebagai perwira militer tertinggi kedua dalam Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949) dan pemikir utama strategi militer Indonesia (Soelias, 2023). Pada tahun 1948, A. H. Nasution diangkat menjadi komandan Divisi III Tentara Keamanan Rakyat (TKR) lalu menjadi Panglima Komando Jawa dan pada akhir Desember ia diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) (Hapsari & Adil, 2013, pp. 35). 

Saat ia menjabat sebagai Panglima Komando Jawa, ia telah berhasil meruntuhkan pemberontakan yang terjadi di Indonesia seperti PKI dan PRRI. Nasution juga muncul sebagai ahli teori militer terkemuka yang banyak merumuskan doktrin-doktrin untuk dasar militer TNI. Beberapa buku yang ditulisnya seperti Kenangan Masa Gerilya, Memenuhi Panggilan Tugas, Pokok-Pokok Gerilya, Sekitar Perang Kemerdekaan, dan Jalan Tengah (Hapsari & Adil, 2013, pp. 3; Afini et al., 2024, pp. 5). Ia juga berperan dalam berubahnya political switch militer dari penganut radikal ke garis moderat pada bulan juli 1958. Pada periode sebelumnya, militer aktif dalam memainkan politik karena 3 faktor utama yaitu (Burhanuddin, 2024):

  1. Ketidakstabilan sistem politik yang membuat terbukanya kesempatan untuk menggunakan kekerasan;

  2. Militer mempunyai pengaruh dalam atmosfir politik bahkan dapat menentukan peran-peran politik;

  3. Rangkaian sebab yang berhubungan dengan political perspectives kaum militer (Muhaimin, 2005)

4. Ahmad Yani

Ahmad Yani dijadikan Komandan TKR Purwokerto setelah kemerdekaan. Iya menjadi seorang yang sangat penting pada saat Agresi Militer Belanda 1 & 2, dimana ia berhasil menahan serangan militer pasukan Belanda di daerah Pingit pada Agresi Militer Belanda 1, lalu ia menjadi Komandan Wehrkreise 2 di daerah Kedu pada Agresi Militer Belanda 2 (Hapsari & Adil, 2013, pp. 36). 

Pada tahun 1952, Ahmad Yani mendirikan Banteng Raiders, dimana pasukan TNI AD menumpaskan gerakan-gerakan separatis yang berbahaya seperti DI/TII dan lainnya (Yuda, 2023). Pasukan Banteng Raiders merupakan bekas anak buah Andi Azis dan mantan KNIL. Ini lalu berkembang menjadi Batalyon 454 dan dipimpin oleh orang lain dari 1953-1970 (Petrik, 2017).

Sementara itu, pada tahun 1955, Ahmad Yani mendapatkan tugas dari Markas Besar Angkatan Darat untuk belajar ke luar negeri di Command and General    Staff College (CSGC) di Kansas, Amerika Serikat. CSGC adalah pusat pendidikan militer paling ternama di AS. Lalu, pada tahun 1956, ia kembali ke Indonesia, lalu dipercayakan untuk menjadi Asisten 2 Kepala Satuan Angkatan Darat. Tahun berikutnya, ia dinaikan pangkat menjadi Kolonel. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun