Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Konon, Ingkar Konon

6 Januari 2019   14:00 Diperbarui: 6 Januari 2019   14:22 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sendirian disana melewati sebuah jembatan panjang, gelap dan sempit, hampir-hampir kehabisan nafas. Bersyukur di bumi aku telah mendalami berbagai macam ilmu olah nafas, aku bisa menahannya agak jauh sampai tak terlihat pandang jarak mata, kecil yang paling kecil dari segala jenis mikrobakteria.

Aku sudah lelah merayumu, Dukun jaman sekarang hanya manjur temporer, ketika korban sadar, lalu hilang sudah semua akal-akalan yang dengan mahal aku keluarkan. Aku tidak mau tahu, bagaimanapun juga kau harus hidup denganku dimanapun itu, bahkan di galaksi atau dimensi lain dari semesta, bahkan ketika harus menghuni planet sebesar jupiter berdua. Aku tahu, kau tahu aku tidak mau tahu.

"Kamu tahu kalo aku tahu kamu gak tau gak ?"

"Hiilliihh ngomong apasi gajelas bet.."

Sampai akhir debu semesta dan partikel tuhan menyapu memori kita berdua, meskipun hanya kita berdua yang menyala di planet luas ini. Aku tidak begitu peduli ketika pasokan makanan kita berkurang atau tidak adanya lahan bercocok tanam. Meskipun harus bertukar air liur saat kekeringan, bagaimanapun rasanya aku menyukainya, liurmu. Kita tidak perlu tidur untuk menyimpan memori, pun kita tidak perlu memanjakan semesta mimpi dengan dalil limbonya yang terlampau dalam.

Semesta dengan lega menyediakan banyak ruang untuk kita menimbun memori, lagi pula kenanganku bersamamu hanya sebatas ciuman. Ciuman melintasi dimensi galaksi, berjuta tahun cahaya jaraknya dari bumi. Itu akan menjadi rekor ciuman terlama di semesta yang pernah dilakukan oleh makhluk Tuhan, pun apabila hal tersebut terjadi karena kehendakNya, berarti kita berdua berhasil memanipulasi nasib.     

"Ndak buk, fasilitas kamar saya sudah cukup dispenser satu ini ..."

"Bulan depan tagihan listrik naik ya mas .."

"Bulan depan saya cuman pengen ngalamun aja kok buk, ndak butuh listrik, cabut sekalian saja ...

Selesai 

Farobi Fatkhurridho

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun