Lalu mengapa petani masih berhubungan dengan tengkulak, padahal ada Kredit usaha Rakyat (KUR ) yang digelontorkan oleh pemerintah?Â
Menurut hendra Irawan berurusan dengan tengkulak tidak ribet, kapan waktu perlu uang para tengkulak siap mengucurkannya tanpa persyaratan macam-macam.Â
Menurutnya lagi bukan hanya biaya saprodi untuk budidaya jagung, biaya dapur hingga biaya kuliah anak pun bisa dipenuhi oleh para tengkulak walaupun dengan konsekwensi cukup merugikan petani.Â
Sedangkan untuk KUR prosesnya Sulit, butuk waktu relative lama dan sulit untuk mengangsur pinjaman plus bunganya setiap bulan. Artinya pembiayaan dari tengkulak dan toke lebih diminati sebagian petani dibandingkan dengan KUR. Entah ini sepenuhnya benar atau tidak namun inilah fakta yang terjadi dilapangan
Terkait dengan hal diatas ada beberapa penyebab KUR Tani tidak diminati (Hasil survey Rantai Nilai di Di Batang petok Kegiatan IPDMIP, 2021).
Pertama Prosesnya ribet. Sebagian petani malas berurusan dengan Bank dan birokrasi. Bisa jadi disebabkan ketidak tahuan informasi dan tingkat pendidikan yang rendah.Â
Kedua, Pinjaman Plus bunga KUR Harus dibayar setiap bulan. Padahal modal yang dipinjam sudah habis digunakan baik untuk konsumtif maupun untuk modal budidaya.Â
Ketiga, uang hasil pembiayaan KUR tidak sepenuhnya di gunakan untuk budidaya, acap kali digunakan untuk konsumptif sehingga target pembiayaan KUR untuk Biaya usaha tani tidak tercapai yang imbasnya produksi yang sudah direncanakan juga tidak sesuai harapan.Â
Keempat, petani kesulitan mencari akses pemasaran sedangkan jika berhubungan dengan tengkulak pemasaran sudah terjamin. Kondisi ini sangat tampak pada daerah-daerah terpencil dengan kondisi jalan rusak parah.
Petani kesulitan membawa hasil panennya ke kota sehingga disinilah kesempatan Toke " memperdaya " petani dengan menyediakan sarana transportasi dengan konsekwensi petani tergantung kepada toke tersebut ,Â
Kelima Jangka waktu angsuran / Pengembalian Kredit KUR Cukup lama sehingga terasa sangat memberatkan.Â