Pinggiran Sungai Musi terdiri dari pemukiman padat penduduk dan sejumlah bangunan yang terdiri dari ruko dan kios yang dimiliki oleh pedagang. Suasana sekilas tampak sepi, tapi lampu-lampu teras yang berasal dari pemukiman dan bangunan itu seperti bintang-bintang yang berada di langit: berpendar dan bersinar. Deru kapal terdengar dari tiap sudut sungai dan ayunan ombak yang terus membentur dinding daratan.
Anwar melamun, malam itu pikirannya terasa terbawa oleh angin. Kebimbangan tengah dihadapi pria yang berstatus Putra Sulung dari sepasang suami-istri, Bapak Rojali dan Ibu Jaminah. Ibunya, Jaminah, sedang mengidap penyakit kanker rahim stadium 4 (empat) dan beragam tindakan telah dilakukan oleh Anwar dengan menyisikan gajinya dan mengadaikan tanah warisan yang diberikan oleh almarhum ayahnya, Rojali.
Thalib datang dengan es kacang merah yang siap untuk disantap. "Bang, es kacang merahnya telah datang". Terlihat ketiga es kacang merah telah berada di meja, Anwar duduk dan melirik keadaan sekitar, dia mencari seseorang, "Dimana, kakakmu itu lib ?" tanya Anwar.
"Oh Badaruddin ? sepertinya dia sedang berada di atas sedang merokok"
Anwar merasa kecewa dengan perilaku Badaruddin sekarang. Sekitar 5 (lima) hari yang lalu Badaruddin ditahan oleh pihak Polres Kota Palembang atas tuduhan tindak pidana kekerasan terhadap orang karena sebelumnya berkelahi dengan salah satu pedagang di pasar. Padahal dahulu Badaruddin adalah anak yang rajin dan tekun dalam belajar. Masa depan yang cerah telah jelas berada di genggaman tangannya. Setiap pelajaran selalu mendapatkan nilai A, paling kecil hanya mendapatkan nilai B. Namun semua itu berubah ketika ayahnya, Rojali, mendapati diri Badaruddin sedang asik berpesta sabu ketika masa kuliah.
Hukuman diberikan, tetapi tidak datang dari pihak aparat penegak hukum, kecuali ayahnya sendiri. Badaruddin yang seharusnya jera, justru semakin membuat masalah karena merasa Rojali terlalu menghakimi dirinya dengan banyak ujaran kebencian dan serangan fisik, pikir Anwar hingga sekarang.
"Kira-kira bisa kena berapa lama dirinya di penjara ?" tanya Thalib dengan menyantap es kacang merah itu.
Anwar menjauhkan es kacang merah itu, dan kembali memandang dingin Sungai Musi, "Aku tidak tahu, berdasarkan Pasal dirinya bisa kena paling lama 5 (lima) tahun penjara" jawab Anwar dengan nada kesal.
"Apa dirimu tidak bisa mengurusnya ? dia satu-satunya orang yang bisa menjaga ibu di rumah"
"Aku tahu, tapi semakin aku berpikir aku mulai merasa kalau penjara adalah solusi untuk dirinya"
"Ya Tuhan.." jawab Thalib dengan nada keluh.