Kehidupan manusia di dunia tak pernah terlepas dari agama. Apapun agama yang ia anut, semua merupakan dasar pedoman dan jalan pemikiran dalam mengarungi samudera kehidupan.Â
Tentu saja hal ini sangat-sangat mempengaruhi tindak-tanduk manusia dalam bermasyarakat, berbudaya, bahkan dalam merencanakan visi dan misi dunia.Â
Tak dapat dipungkiri lagi, umat manusia dari zaman dahulu sampai detik ini selalu membidik masa depan mereka berdasarkan pedoman hidup dan jalan pemikirannya.Â
Membuat keputusan dan menjalankan aturan-aturan tertentu demi tercapainya satu tujuan yang mereka yakini adalah yang terbaik. Entah baik untuk mereka sendiri, ataupun masyarakat umum. Maka, pondasi dalam berkeyakinan dan berfikir inilah yang mampu mengubah tatanan dunia. Mempengaruhi sikap dan cara berfikir setiap orang, sambil sebanyak mungkin mengumpulkan kekuatan, agar tujuan itu bisa tercapai dengan mulus tanpa hambatan.
Islam merupakan salah satu agama yang eksis di muka bumi. Dengan makna 'keselamatan atau kedamaian', agama ini membawa risalah yang sarat akan cinta dan kasih sayang untuk seluruh makhluk bumi.Â
Bukan hanya makhluk hidup, cara berinteraksi dengan benda matipun diatur dan di contohkan oleh agam islam. Dengan semboyan Rahmatan lil 'alamin, Nabi Muhammad SAW membimbing manusia untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya cinta dan kedamaian, tanpa paksaan, maupun kekerasan. Mengajak setiap insan untuk kembali kepada fitrah, bertuhan kepada satu tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan model dan contoh bagi umat islam. Selain mengajarkan tauhid dan ibadah, keseharian beliau patut di teladani dengan segala kesempurnaannya.Â
Dari bangun tidur, sampai tidur lagi. Tak ada satupun pergerakan maupun perkataan yang tak menjadi pelajaran. Bahkan, bukan hanya untuk kaum muslimin, bagi mereka yang tak mengenal beliau sekalipun pasti akan terpana dengan kehidupan sehari-hari beliau yang begitu menakjubkan.
Dan salah satu hal yang membuatku terkagum-kagum adalah cinta kasih yang beliau sebarkan kepada seluruh manusia.
Tak peduli bagaimana orang itu bersikap kepadanya, beliau selalu membalas dengan cinta kasih tulus tak mengharap balasan. Tidak sedikit dari orang Quraisy pada zaman dahulu yang mencaci, menghina, mencelakai, bahkan sampai melukai beliau.Â
Dari menjadi orang yang paling dipuji dengan kejujurannya, sampai menjadi orang yang dihinakan karena tuduhan pendusta yang tak berdasar. Istri beliau Khadijah RA yang merupakan saudagar kaya raya, sampai harus menahan lapar demi membantu beliau menyebarkan ajaran islam.
Kasih sayang, lemah lembut, dan cinta. 3 unsur utama yang beliau gunakan untuk meluluhkan hati mereka yang membenci. Berdakwah di jalan Allah dengan keikhlasan dan ketulusan.Â
Tujuan beliau satu, menyelamatkan umatnya dari kesesatan yang dapat mengakibatkan turunnya adzab dan murka dari Allah. Tak ada sedikitpun mengharap balasan maupun penghargaan.
Maka sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW, pantaskah kita berdakwah dengan kekerasan dan pemaksaan?
Salah satu yang cukup mengherankan di era digital ini adalah munculnya mereka yang sangat suka menuntut ilmu agama, tetapi semakin keras dalam menyalahkan oranglain.Â
Semakin beragama, semakin suka merendahkan. Semakin beragama, semakin keras memperlakukan mereka yang tak tau. Bukan cinta kasih yang tumbuh, tapi dinding pemisah yang semakin rusuh.Â
Memblokade dan mengelompokkan manusia. Membeda-bedakan dan saling menyalahkan. Merasa golongannya paling benar, sambil merendahkan, menyudutkan, dan menghinakan mereka yang tak sepaham. Apakah ini yang diajarkan Nabi Muhammmad SAW?
Sudah di jelaskan di awal, bahwasanya islam adalah agama yang penuh cinta kasih. Mengembalikan manusia kepada fitrahnya, menumbuhkan keadilan, dan menciptakan tatanan dunia yang penuh cinta kasih.Â
Sang Teladan, Nabi Muhammad SAW, juga sudah mencontohkannya dengan jelas. Banyak riwayat shahih dan mutawatir yang menjelaskan betapa beliau penuh kasih sayang dalam berdakwah.
Menyebarkan islam tanpa menyudutkan oranglain. Mengajak orang yang tersesat tanpa paksaan. Memperbaiki yang salah tanpa menyalah-nyalahkan. Menciptakan rasa aman, nyaman, serta ketentraman, agar dapat menerima islam dengan penuh kelembutan.
Yang perlu di ingat sebagai pendakwah adalah, hidayah takkan datang kecuali dengan izin dari Allah. Tidak ada satupun dari makhluk-Nya yang mampu memberikan hidayah jika memang Dia tak menghendaki hal tersebut. Ini penting sekali, agar kita tak salah arah. Tugas kita sebagai pendakwah adalah mengajak kepada kebaikan, bukan memaksakan.
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". [Al Qashash: 56]
Esensi dari dakwah sendiri adalah perintah dari Allah kepada hamba-Nya untuk mengajak hamba-Nya yang lain agar meningkatkan taqwa dan berserah diri hanya kepada-Nya.Â
Perkara menerima atau menolak, itu merupakan hasil yang urusannya di luar tanggungjawab kita. Perlu di ingat juga, perintah dari Allah ini hanya sampai usaha.Â
Ya, usaha untuk mengajak mereka yang lupa, lalai, dan tersesat, agar kembali kepada-Nya. Sedangkan hasil dari usaha, itu merupakan hak perogratif Allah. Jika Dia menghendaki hidayah, maka Dia akan memberikannya. Jika tidak, maka Dia tidak akan memberikannya. Sesimpel itu.
"Dan jikalau Rabb-mu menghendaki, tentu telah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya, maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allh. Dan Allh menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya." [Yunus:99-100]
Oleh sebab itu, sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita lebih berhati-hati lagi dalam menjaga perkataan serta perbuatan. Niat yang baik memang tak selalu di terima dengan baik.Â
Kadang bukan mereka yang keras kepala, tapi frekuensi getaran hati kitalah yang belum dapat terdeteksi oleh mereka. Kembali membenahi diri agar getaran itu dapat terdeteksi, mungkin hal tersebut dapat menjadi jalan hidayah bagi mereka.
Bukan berarti hal tersebut sudah pasti, tapi kembali lagi kepada esensi tadi, usaha. Sedangkan hasil, biar Allah yang menentukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H