Mohon tunggu...
Fariq Kholwatallaili
Fariq Kholwatallaili Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nama : FARIQ KHOLWATALLAILI/NIM : 43222010051/Program Studi : AKUNTANSI S1/Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Mata Kuliah : PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB/Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M. Si.Ak/UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

TB 2 - Diskursus Gaya Kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   08:50 Diperbarui: 15 Desember 2023   10:35 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi dan teknologi informasi dapat dijadikan alat yang memperkuat penerapan nilai-nilai tradisional ini dalam tata kelola pemerintahan yang modern. E-government yang transparan dan sistem yang mendukung whistleblowing dapat memperkecil kesempatan untuk korupsi dan memperkuat sistem pengawasan masyarakat. Namun, tantangan dalam mengadopsi nilai-nilai ini tidak dapat diabaikan. Perubahan budaya organisasi dan mindset yang sudah terbiasa dengan praktik koruptif membutuhkan komitmen kuat dan dukungan luas. Transformasi ini memerlukan pemimpin yang bersedia mengambil risiko untuk melakukan perubahan yang signifikan dan berkelanjutan.

Dalam sintesis, kepemimpinan dan etika adalah dua sisi mata uang yang sama dalam usaha melawan korupsi. Nilai-nilai tradisional yang dianut Ki Ageng Suryomentaram, seperti integritas, keteladanan, dan pelayanan publik, tidak hanya relevan tetapi juga penting dalam membentuk fondasi pemerintahan yang bersih dan adil. Melalui penerapan nilai-nilai ini, Indonesia dapat melangkah lebih jauh dalam membangun sistem tata kelola pemerintahan yang bertanggung jawab dan transparan, sekaligus menghormati warisan budaya bangsa yang kaya dan bersejarah. Kesimpulannya, nilai-nilai kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram memberikan kita panduan yang tidak hanya historis tetapi juga pragmatis dalam memperbaiki dan memperkuat fondasi pencegahan korupsi di Indonesia saat ini.

SARAN

Saran yang dapat diberikan berdasarkan analisis gaya kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram dan aplikasinya dalam pencegahan korupsi modern adalah multifaset. Pertama, perlu adanya revitalisasi nilai-nilai kepemimpinan tradisional yang berakar pada etika dan moral dalam kurikulum pendidikan formal dan non-formal. Institusi pendidikan di Indonesia harus menanamkan prinsip-prinsip integritas, keteladanan, dan pelayanan publik dari tingkat dasar hingga universitas. Hal ini akan membantu mencetak generasi baru yang memiliki fondasi kuat dalam nilai-nilai anti-korupsi.

Kedua, pemerintah dan lembaga-lembaga terkait harus meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam semua aspek pemerintahan. Penerapan sistem e-government dapat diperluas untuk mempermudah akses informasi publik dan meminimalkan kontak langsung yang sering kali menjadi pintu masuk praktik korupsi. Pemerintah juga harus memperkuat regulasi yang melindungi whistleblower dan memastikan penegakan hukum yang adil bagi pelaku korupsi.

Ketiga, pembangunan kapasitas bagi pejabat publik melalui pelatihan etika dan anti-korupsi harus ditingkatkan. Program-program ini harus dirancang untuk membangun kesadaran dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan menghadapi situasi yang berpotensi koruptif. Pejabat publik harus dilengkapi dengan pengetahuan dan alat untuk bertindak secara etis dan menerapkan kebijakan yang mencegah korupsi.

Keempat, perlu ada inisiatif untuk mempromosikan dialog dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam pencegahan korupsi. Membangun platform yang memungkinkan partisipasi publik dalam proses pengawasan tata kelola pemerintahan akan memperkuat sistem pencegahan korupsi dan menumbuhkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap proses ini.

Kelima, lembaga anti-korupsi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus didukung dengan sumber daya yang memadai dan kemandirian operasional untuk melakukan tugasnya tanpa intervensi politik. Perlindungan hukum dan politik bagi lembaga ini harus diperkuat untuk memastikan bahwa mereka dapat bekerja secara efektif dan tanpa takut akan pembalasan.

Keenam, pemerintah harus mempromosikan dan mempertahankan budaya integritas di semua level pemerintahan. Ini bisa dilakukan dengan mengimplementasikan kode etik yang jelas dan mengadakan program-program integritas yang terukur dalam setiap institusi pemerintah.

Ketujuh, peran media dan pendidikan publik dalam menginformasikan dan mendorong warga negara untuk aktif berpartisipasi dalam upaya anti-korupsi tidak boleh diabaikan. Kampanye-kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang bahaya korupsi dan pentingnya integritas harus terus menerus dijalankan.

Terakhir, perlu ada pengakuan dan dukungan terhadap pemimpin-pemimpin yang menunjukkan praktek kepemimpinan yang bersih dan etis. Penghargaan dan pengakuan terhadap pejabat yang berintegritas dapat mendorong lebih banyak lagi pejabat publik untuk mengikuti jejak serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun