Dalam konteks Indonesia yang sedang berjuang untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan dan mengurangi tingkat korupsi, menerapkan filosofi kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram bisa menjadi salah satu solusi. Ini bukan hanya tentang mengadopsi model kepemimpinan yang berbeda, tetapi tentang mengubah cara pandang terhadap apa itu kepemimpinan dan bagaimana seharusnya kekuasaan digunakan. Ki Ageng menawarkan model kepemimpinan yang bertumpu pada kebijaksanaan, keadilan, dan pelayanan yang dapat membawa Indonesia menuju era baru tata kelola pemerintahan yang lebih bersih dan bertanggung jawab.
Ki Ageng Suryomentaram dan Tata Kelola Pemerintahan
Ki Ageng Suryomentaram tidak hanya dikenal sebagai figur spiritual dan filosofis tetapi juga sebagai simbol tata kelola pemerintahan yang berintegritas. Dalam konteks administrasi pemerintahan, ia memandang kekuasaan sebagai amanat dan tanggung jawab, bukan sebagai alat untuk kekayaan atau pujian. Dalam mempraktikkan hal ini, ia menerapkan prinsip-prinsip yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat umum dan penerapan keadilan sosial.
Pemerintahan di bawah Ki Ageng Suryomentaram berusaha menciptakan sistem yang transparan dan akuntabel, di mana keputusan diambil dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai lapisan masyarakat. Ini merupakan pendekatan yang partisipatif, di mana rakyat tidak hanya sebagai objek pemerintahan tetapi juga sebagai subjek yang memiliki suara dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ini, yang berakar pada konsep "Musyawarah untuk Mufakat", mencerminkan demokrasi yang sesungguhnya, di mana keputusan dibuat berdasarkan diskusi yang inklusif dan konsensus. Keenam versi "SA" Ki Ageng Suryomentaram merupakan ajaran atau prinsip yang mengajarkan pola hidup sederhana, arif dan penuh hikmah. Berikut penjelasan singkat setiap kata "SA":
*Sa-butuhne (sebutuhnya): Hiduplah sesuai kebutuhan, hindari keserakahan dan pemborosan.
*Sa-perlune (seperlunya): Oleskan sesuai kebutuhan dan kecerdasan, tidak terlalu banyak dan tidak kurang dari kebutuhan.
*Sa-kukupe (secukupnya): Mengutamakan kepuasan secukupnya, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
*Sa-benere (sebenarnya): Hiduplah sesuai kenyataan dan kebenaran, jauhi kebohongan dan tipu daya.
*Sa-mesthine (seharusnya): Jalani hidup dengan tindakan yang pantas, etis, dan bermoral.
*Sak-penake (seenaknya): Hormatilah selalu kebebasan dan keinginanmu tetapi dalam batasan moral dan intelektual.