Mohon tunggu...
farid wong
farid wong Mohon Tunggu... -

hanya lelaki yang kebetulan lewat, sama sekali tak hebat, tapi suka bersahabat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Nol Kilometer Jogja, Suatu Senja

3 Januari 2018   14:29 Diperbarui: 3 Januari 2018   14:39 2101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta bisa dikatakan sebagai salah satu tempat wisata mainstream di Kota Gudeg. Ia berada satu garis dengan tempat-tempat populer lainnya seperti Tugu (Pal Putih) Jogja, Malioboro, Pasar Bringharjo dan Keraton Yogyakarta.

Saya yakin, semua orang yang pernah berwisata ke Jogja pasti tahu lokasi tersebut, yang merupakan area perempatan jalan di ujung selatan Malioboro. Yang dikenal sebagai Malioboro sebenarnya terdiri atas dua jalan, yakni Jalan Malioboro itu sendiri dan Jalan Margo Mulyo yang terletak di sebelah selatannya. 

Di sekitar ujung selatan Jalan Margo Mulyo inilah Titik Nol berada. Orang Jogja biasanya menyebut lokasi tersebut sebagai perempatan Kantor Pos Besar, sebab memang ada gedung Kantor Pos Pusat Yogyakarta di sudut selatan-timur.

[Foto: Farid Wong]
[Foto: Farid Wong]
Dari dulu hingga sekarang, Titik Nol bak magnet. Daya tariknya tak pernah memudar, bahkan kian menguat. Sepertinya adalah sebuah kewajiban bagi para pelancong di zaman kini untuk singgah dan menikmati suasananya. Penataan ulang kawasan pedestrian Malioboro menjadikannya semakin rapi, indah dan menarik untuk disinggahi.

Ruang terbuka untuk publik ini memang semacam surga bagi para pejalan kaki. Mereka bisa dengan leluasa berjalan, bermain, duduk-duduk, tanpa gangguan lalu lalang kendaraan. Aman, nyaman. Bagi orang-orang zaman kini yang akrab dengan gawai, ia menjadi spot yang sangat instagramable.

Lihat saja, hampir semua orang yang berada di situ memanfaatkan kamera yang ada di gawai, entah untuk berswafoto, bergantian memotret dengan rekan-rekannya, memotret momen-momen yang berseliweran sampai memotret suasana sekitar. Berbagai event kerap digelar di area ini, dari pentas musik modern/tradisional, pergelaran budaya, pawai, dan sebagainya; pastinya semua asyik ditonton dan diabadikan.

[Foto: Farid Wong]
[Foto: Farid Wong]
Titik Nol seperti tak pernah tidur. Pagi menjelang siang, sore, malam hingga dini hari, ia tak pernah sepi pengunjung, apalagi di saat musim liburan. Sebagai warga Yogya, saya sering melewati kawasan tersebut, tapi tak cukup sering untuk menyinggahinya. Beberapa kali saya pernah singgah dan menikmatinya ketika mengantar kawan dari luar kota, yang kebetulan ingin nongkrong dan mereguk suasananya di malam sampai dini hari.

Beberapa waktu lalu, ketika hujan belum mendera seperti sekarang, saya sempatkan nongkrong di area pedestriannya di sore hari, sebelum menghadiri sebuah pameran seni. Baru sekali ini saya berkunjung di saat matahari menjelang terbenam di cakrawala.

Menyenangkan. Bukan hanya tempatnya, tapi juga atmosfernya -- langit sore yang cerah dengan sedikit saputan awan, sejumlah orang yang sedang duduk-duduk di bangku, anak-anak yang bebas berlarian, orang-orang yang sibuk berfoto-ria, pedagang asongan yang mondar-mandir, pengamen jalanan yang mendendangkan lagu kenangan. Barangkali begitulah kondisi sore-sore yang lain di kala hujan tidak mengguyur.

[Foto: Farid Wong]
[Foto: Farid Wong]
Hanya berbekal kamera ponsel, saya coba menjepret sejumlah momen. Langit biru dengan semburat awan merona  akibat terpaan cahaya mentari menarik perhatian saya. Ditingkahi lampu kota yang mulai menyala dan siluet bangunan, pemandangan langit itu menjadi imaji yang asyik, menurut saya. Menoleh ke lain arah, ada lampu khas kota yang sudah menyala dengan latar awan jingga. Elok jua.

Berjalan mondar-mandir di area pedestrian, berbagai aktivitas pengunjung saya jumpai. Ada pengamen yang sedang menyanyi di hadapan orang-orang yang duduk di bangku, ada yang bercengkerama bersama kawan, dan ada pula yang sibuk memotret dengan kameranya. Saya sendiri jeprat-jepret dengan kamera ponsel. Di jalan raya, kendaraan bermotor, andong dan becak yang berlalu lalang bisa pula menjadi sasaran bidikan. Bangunan-bangunan tua menjadi obyek foto yang menarik pula tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun