-----------
Jung Hwan yang sedang berada di Sacheon, duduk di halaman base camp. Dia duduk sambil menangis, menangis teringat Deok Sun. Dia takut kalau Deok Sun akan nikah dengan Taek, yang notabene adalah sahabatnya sendiri. Yang lebih menakutkan lagi, apakah Taek akan mengundang Jung Hwan ke pernikahannya nanti? Dia terus memikirkan hal yang menakutkan itu. Sampai-sampai, Seniornya melihat Jung Hwan yang terus mengeluarkan air matanya.
“Kamu kenapa?” ujar Seniornya.
“Ah, gak kok. Cuma, ada pasir yang masuk di mataku.” kata Jung Hwan sambil mengusap air matanya.
“Ah, aku tunggu kau 15 menit. Ada tugas untukmu.”
“Iya.”
Jung Hwan masih memikirkan hal yang menakutkan itu. Tapi dia bertekad untuk menghapus pemikiran yang menakutkan itu di kepalanya, karena itu mengganggu pekerjaannya.
--------
Setelah sampai di Beijing, Deok Sun tiba duluan daripada Taek. Deok Sun menyambut Taek dengan sangat ceria, tapi Taek malah malas menyambutnya dan langsung ke kamar Hotel. Deok Sun pun bertanya pada Guru Taek yang kebetulan ada bersamanya.
“Kok Taek bisa malas gitu?”
“Dia itu sangat sensitif, karena pertandingan hari ini. Jadi dia tidak bisa diganggu.”