Mohon tunggu...
Andi FaridBaharuddin
Andi FaridBaharuddin Mohon Tunggu... Buruh - Penulis, Penari Profesional, dan Aktifis

Mahasiswa Pascasarjana Unhas Prodi Sastra Inggris telah menulis dua buah buku berjudul: 1. Luka Wajah dan Perlawanan (kumpulan Sajak) 2. Tombak Merah Sehimpun Tulisan Bernada Gelora (Kumpulan Essay)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Bunga Penghujung Zaman

9 November 2019   00:43 Diperbarui: 9 November 2019   00:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

19 januari 2018 adalah momment dimana jantungku mulai bernada tak seirama. Ntah mengapa. Detakannya laksana genderang yang siap berperang. Bagaimana tidak, aku baru berjumpa dengan perempuan yang ku yakini baik. Meski haanya melalui instagram.

Temanku berkata "are you fucking crazy? Or trying to be a stupid guy?" hahahaha saya tahu mengapa ia berucap demikian. Mereka berfikir, bagaimana bisa seseorang jatuh cinta tanpa bertemu sebelumnya?

Bagiku mereka tidak salah. Mereka adalah sahabatku. Dan aku menghargai ungkapannya. Hanya saja mereka lupa, jika cinta itu bukan sebatas fisik belaka. Cinta itu adalah kumpulan kisah dan perjuangan yang melebur menjadi satu dan dikemas dengan jubah karakter dan prinsip.

Sebagai seorang muslim, saya tak pernah bertemu dengan  Rosulullah. Begitu pun dengan ummat kristiani. Mereka tak pernah berdekat dengan junjungannya, Yesus. namun mengapa kita betul cinta padaya? Itu karena kisahnya dalam berjuang. Karena hanya orang yang berjuanglah yang akan selalu dikenang dan abadi dalam qalbu.

Tahu kau? Kita tak mungkin kita bisa bercengkrama tentang cinta kalau bukan karena berjuang. Sukaro, Hatta, dan Tan Malaka, mereka semua berani mengambil sikap untuk berjuang. 

***

Saat ku buka instagramnya, dengan cinta dan sedikit keras kepala, aku pun melayangkan pesan singkat bertulis Follback ka dek. beruntung ia bersedia. sejak Saat itulah, aku pun mulai melebur dan menyelami kisah pahit kehidupanya. Yang ku tahu, Ia tak punya banyak sahabat sebagaimana anak-anak palestine yang harus kehilangan kawan bermainnya karena dilempari bom dari tanah israel. Atau ibu-ibu warga rohingya yang harus kehilangan putra-putranya karena ditembaki oleh serdadu militer Myanmar.

Aku ingin menjadi sahabatnya. Berbagi, bercerita, tertawa, atau kadang adu argumentasi tentang banyak hal. Ia baik. Meski ia selalu berkata "saya ini jahat. Tak pantas buatmu". Kau salah sayang. Kau itu berbeda dari perempuan yang ku knal sebelumnya. Atau perempuan yang ku ceritakan tentang Mo XI dan Cleopatra.

Bagiku saat ini hanya ada dua jenis perempuan. Jenis pertama adalah Kamu dan kedua adalah perempuan  yang lainnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun