Mohon tunggu...
Farid Fauzi
Farid Fauzi Mohon Tunggu... Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cakak Banyak dan Krisis Toleransi

17 Agustus 2018   05:52 Diperbarui: 17 Agustus 2018   06:28 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: annasindonesia.com

Merujuk kepada hadis di atas, maka permusuhan adalah perihal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Salah satu contoh sikap permusuhan itu adalah cakak banyak tersebut. Hadis ini mensinergikan firman Allah Swt. bahwa setiap orang beriman itu bersaudara (Q.S. Al-Hujurat/49: 10). Jika sudah tertanam rasa persaudaraan pada diri setiap muslim, maka akan jauh dari sikap-sikap intoleransi cakak banyak tersebut. Selain peristiwa di atas, baru-baru ini juga terjadi cakak banyak di Kapur IX, Kab. 50 Kota. Peritiwa itu dipicu perebutan lahan parkir. Karena kedua kubu yang memperebutkan lahan parkir tidak berlapang hati, bertoleransi dan bermusyawarah dalam menyikapi masalah, akhirnya semuanya naik pitam dan terjadilah cakak banyak (Dekadepos, 06/07/2017).

Begitu juga, untuk kesekian kalinya, peritiwa cakak banyak akibat perselisihan di tempat organ terjadi lagi. Meski tidak memakan korban jiwa, setidaknya peristiwa tersebut mengakibatkan rusaknya sejumlah kendaraan, termasuk mobil petugas kepolisian. Perihal tersebut terjadi di dua kampung bertetangga di Kab. 50 Kota. Kejadian bermula saat pemuda Gunung Malintang menonton acara organ, diduga ada gesekan terinjak kaki saat joget menjadi pemicu keributan sehingga terjadi perkelahian masal. Pada saat itu ketua pemuda Lubuak Alai yang akrap disapa Ledi, berusaha menenangkan pemuda yang bentrok. Pada saat bersamaan anggota Polsek Kapur IX bersama empat orang rekannya datang ke lokasi menggunakan mobil patroli dan berusaha menenakan masa, namun masa bertambah anarkis dengan melempari mobil polisi, sehingga kaca depan dan lampu belakang pecah. (Dekadepos.com, 11/02/2017).

Selain masyarakat umum, siswa dan mahasiswa pun sering melakukan aksi cakak banyak tersebut. Terkadang hanya dipicu masalah sepele, seperti yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar, siswa Padang Panjang bentrok dengan siswa SMKN 1 Batipuh, bentrok itu dipicu karena saling ejek di media sosial facebook (Metro Andalas, 22/08/2017).

Begitu juga dengan pejabat-pejabat publik yang juga sering memperlihatkan egonya dalam menyampaikan pendapat, jika usulannya tidak diterima lalu main maki dan main adu jotos saja. Ideanya pejabat publik dan wakil rakyat itu menjadi uswah bagi mayarakat yang diwakilinya, memberi contoh sikap toleransi, menghargai pendapat dan berlapang hati menerima mufakat. Seperti yang terjadi di komplek Parlemen Senayan, Jakarta, rapat paripurna DPD belum sempat dibuka sudah mengalami kericuhan. Pemicunya pun sederhana, yaitu silang pendapat dalam menentukan siapa yang akan memimpin rapat, karena ketua DPD Muhammad Saleh tidak hadir karena sakit (Kompas, 04/04/2017).

Ironi, data dan fenomena yang telah penulis paparkan di atas, sekali lagi adalah bukti bahwa masyarakat umum dan elit sudah jauh dari nilai-nilai toleransi. Padahal perbedaan pendapat itu biasa, berbeda cara berpikir tidak mengapa, asalkan jangan menimbulkan malapetaka. Hasan al-Banna mengatakan, "Nata'awana fi mattafaqna, wanatasamah fi makhtalafna." (Al-'Adnani, 2004: 76). Terjemahnya adalah, saling tolong menolonglah terhadap perkara yang disepakati dan saling bertoleransilah terhadap perbedaan. Baik perbedaan pendapat, cara pandang dan metode pengambilan sikap. Intinya adalah bertoleransi disetiap lini perbedaan.

Bukan tidak berbekas, sikap intoleransi cakak banyak itu ibarat luka yang meninggalkan jejak. Akibat perilaku buruk itu telah banyak nyawa melayang, bangunan rusak, persaudaraan rusak, moral pun rusak, dan setumpuk kerusakan lainnya. Mirisnya lagi, pelaku cakak banyak tersebut tidak hanya orang awam saja, tetapi siswa, mahasiswa dan masyarakat elit pun tidak luput dari perilaku tercela ini. Maka tidak bisa tidak, penyakit intoleransi yang telah menyerang umat Islam umumnya dan masyarakat Minang khususnya harus segera diberangus, jika tidak akan melahirkan konflik yang membahayakan. Oleh sebab itu pembangunan sikap toleransi di tengah-tengah masyarakat harus segera dimaksimalkan, tentunya dengan merujuk kepada al-Qur'an, kitab suci yang diyakini menawarkan solusi untuk seluruh persoalan umat manusia.

Toleransi Perspektif Al-Qur'an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata toleransi diartikan dengan bersikap atau bersifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri (Kbbi.web, akses 11/06/2017). Sedangan dalam bahasa Arab toleransi disebut tasamuh (          ). Menurut Luwis Ma'luf dalam kamus al-munjid fi al-lughah wa al-adabu wa al-'lum, tasamuh bermakna berlapang hati kepada saudara, baik dalam berpendapat atau meliputi segala sesuatu (Ma'luf, 1908: 349).

Berdasarkan devenisi toleransi di atas maka dapat dipastikan bahwa cakak banyak adalah perilaku yang sangat sharih bertentangan dengan nilai-nilai toleransi. Karena pelaku tidak pandai mengelola perbedaan pendapat, tidak berlapang hati menerima pandangan orang lain, sehingga untuk memaksakan kehendaknya sendiri, dilakukanlah aksi kekerasan yang berupa adu jotos atau cakak banyak.

Di antara ayat al-Qur'an yang mengajarkan kita untuk saling bertoleransi adalah, firman Allah yang tertuang dalam surat al-Hujurat/49: 13, sebagai berikut:

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan mejadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Departeman Agama RI, 2000: 847).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun