Misalnya ketika ada sanak famili yang akan kenduri, bako (keluarga ayah) menyumbang kelapa, mamak menyumbang nangka, sedangkan induak-induak (ibuk-ibuk) masak bersama-sama untuk hidangan kenduri.Â
Begitu tampak rasa kebersamaan tersebut yang jauh dari sikap ekstrem atau kekerasan. Oleh sebab itu, hidupkan kembali kearifan lokal tersebut sebagai pengejewantah sikap wasathiyah dalam beragama melalui kearifan lokal Minangkabau. Tidak usah "beo" dengan sikap invidualistik yang akan mengikis rasa kebersamaan dan persaudaraan.
Khatimah
Mencermati betapa bahayanya perilaku takfir ghuluw tersebut, sehingga mengancam umat Islam dan Islam itu sendiri, membuat citra islam seolah keras, kasar, kaku dan jauh dari kedamaian, sehingga berpotensi melahirkan keretakan antara umat seagama, permusuhan, pembunuhan dan perang saudara yang mengerikan.Â
Maka tidak bisa tidak pembangunan paradigma wasathiyah sebagai solusi yang ditawarkan al-Qur'an mesti dimaksimalkan.
Memaksimalkan paradigma wasathiyah tentu harus ada usaha dan aksi yang nyata. Di antara upaya yang bisa dilakukan adalah dengan membangun generasi wasathiyah itu sendiri, Penulis menawarkannya melalui pendidikan dengan menfokuskan pada tiga lini, yaitu edukasi melalui lingkungan keluarga, edukasi melalui pendidikan formal dan edukasi melalui kearifan lokal Minangkabau. Akhirul kalam, apabila pembangunan generasi wasathiyah di tiga lini tersebut dapat dimaksimalkan dengan baik maka generasi wasathiyah yang diimpikan akan terwujud nyata.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Â
Al-Qur'an al-Karim
Al-Ashfahani, Al-Raghib, Mufrodat Alfadzi al-Qur'an, Beirut: Dar al-Fallah, 1992