Mohon tunggu...
Farid Fauzi
Farid Fauzi Mohon Tunggu... Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Paradigma "Wasathiyah"

14 Agustus 2018   14:27 Diperbarui: 14 Agustus 2018   15:12 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: dakwahjambi.com

Kalapun betul mereka telah kafir, kenapa tidak diislamkan saja, kalau benar amalan mereka bid'ah kenapa tidak dibetulkan saja, itulah langkah yang betul. Bukan hanya mencap kafir, menyalah-nyalahkan ibadah orang lain, yang ujung-ujungnya melahirkan permusuhan, kebencian dan merusak persatuan.

Data fenomena yang telah penulis paparkan di atas adalah bukti bahwa umat Islam sedang darurat perilaku takfir ghuluw, suatu keadaan di mana apabila tidak sepaham maka dicap kafir, sesat dan semacamnya, dalam bahasa Haedar Natsir disebut "Hitam-Putih" (Republika, 14/08/2017), suatu sikap yang jauh dari kebijaksanaan. 

Tentu ini akan membuat citra Islam seolah jumud, kaku, tidak bersahabat dan beraroma kebencian. Ketika yakin dengan satu persoalan agama, lalu dipaksakanlah pemahaman itu kepada orang lain, tanpa menggunakan metode dakwah yang baik dan benar.

Masih dalam acara ILC, K.H. Hasyim Muzadi menjelaskan, "Dulu Wali Songo mendakwahi bangsa Indonesia dengan pelan-pelan, ramah dan lembut, sehingga umat Islam di Inodenesia saat itu mencapai angka 90 persen, dan itu dilakukan tanpa kekerasan dan perang. Namun mirisnya sekarang orang yang sudah memeluk agama Islam malah dikafir-kafirkan." (ILC akses, 24/03/2015).

Bukan tidak berbekas, tetapi ibarat luka yang meninggalkan jejak. Perilaku takfir ghuluw akan membahayakan umat Islam dan Islam itu sendiri, membuat citra islam seolah keras, kasar, kaku dan jauh dari kedamaian, sehingga berpotensi melahirkan keretakan antara umat seagama, permusuhan, pembunuhan dan perang saudara yang mengerikan. Bahkan penyakit ini pun tidak hanya menjangkiti orang dewasa saja, tetapi sudah lintas usia.

Maka tidak bisa tidak, permasalahan takfir ghuluw ini harus segera diurai dan diselesaikan. Jika tidak, maka akan menjadi malapetaka bagi umat Islam dan Islam itu sendiri, ibarat tumor ganas yang siap "membunuh" kapan pun dan di mana pun. Tentunya dengan merujung kepada al-Qur'an, kitab suci yang diyakini menawarkan solusi untuk berbagai persoalan umat manusia.

Paradigma Wasathiyah Qur'ani 

Term wasathiyah berasal dari bahasa Arab yaitu "wasath." Al-Raghib al-Ashfahani menyebutkan kata "wasath" berarti "sawaa'un" yaitu pertengahan di antara dua batas, bisa juga diartikan sebagai sikap adil, standar atau biasa-biasa saja. Setelah itu juga bermakna menjauhkan dari sikap ifrath (berlebih-lebihan) atau tafrith (memudah-mudahkan), (Al-Ashfahani, 1992: 879).

Di antara ayat yang berbicara tentang wasathiyah adalah firman Allah yang tertuang dalam surat al-Baqoroh/2: 143, sebagai berikut:

Artinya: "Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang wasath (adil) dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad), menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi maha penyayang kepada manusia." (Departemen Agama RI, 2000: 36).

Ummatan wasathan berarti pertengahan, moderat dan teladan, demikian Quraish Shihab memulai penafsirannya. Sikap wasath itu akan menjadikan umat Islam dalam posisi pertengahan, sesuai dengan posisi Ka'bah yang berada di pertengahan pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun