Semangat membangun perbatasan diperlukan namun belum tentu Malaysia sama bersemangatnya dengan Indonesia. Jika tidak, kasus PPLB Badau yang terbiarkan selama 6 tahun dapat terulang. Tanpa memperbaiki PPLB, Malaysia sudah diuntungkan dengan kondisi PPLB Entikong sekarang kecuali dalam kasus pelarangan barang impor. Tentu Malaysia akan sangat senang jika PPLB Entikong dibangun baru dan jalan ke Malaysia semakin mulus karena akan memperlancar warga Indonesia yang akan berpergian ke Sarawak dengan berbagai tujuan misalnya untuk jalan-jalan dan mendapatkan pelayanan kesehatan.Â
Ada dua pertanyaan penting yang perlu direnungkan. Pertama, siapa yang lebih banyak memanfaatkan bangunan baru PPLB/PLBN dan pelebaran jalan menuju PPLB sebagai "beranda depan" negara ? Apakah penduduk di daerah perbatasan yang kebanyakan tinggal di pedalaman dan jauh dari PPLB serta jalan raya, dan yang masuk ke Malaysia melalui jalan tikus, atau penduduk di luar daerah perbatasan ? Kedua, siapa yang akan menerima lebih banyak manfaat dari pembangunan di "beranda depan" negara, Indonesia atau Malaysia ?Â
Selamat bekerja, Bapak Presiden. Â
Selesai.
Catatan: semua foto adalah koleksi pribadi kecuali yang disebutkan sumbernya. Â Â
----
Referensi tanpa link:
Badan Pusat Statistik (2013). Kalimantan Barat Dalam Angka 2013
Pemerintah Kabupaten Sanggau, Bupati Sanggau (Mei 2015). Revitalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional di Wilayah Perbatasan.
Pemerintah Kabupaten Sambas, Bupati Sambas (November 2014). Pembangunan Industri dan Mobilitas di Wilayah Perbatasan.
Link terkait:
- Belajar dari Kegagalan Pembangunan di Entikong
- Pak Jokowi, Bapak Lihat Ini di Perbatasan?
- Berjuang di AFTA dengan Sepeda Motor Butut: Who Cares ? Kisah Pedagang Sayur Antar Negara
- Merah Putih di Hatiku Malaysia Sumber Nafkahku