Mohon tunggu...
Farianty Gunawan
Farianty Gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Smart Traveller, Travel Consultant, Christian-Holyland Expert, Happy Baking Learner,

A wife for best husband and a mother of wonderful best two grown up daugther and son. Being in Travel Industry since 1992. Love to learn the new right things. Pray first and do the best

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Bernostalgia di Kota Tua Jakarta

10 Desember 2021   18:30 Diperbarui: 14 Desember 2021   21:58 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Keluar dari TPO kami menyusuri trotoar menuju ke arah belakang Gedung Museum Fatahilah, terus ke arah Jl. Kali Besar Barat dan tepat di ujung jembatan kami berhenti untuk mendengarkan cerita sejarah sungai yang dinamakan "Kali Besar" yang mengalir sejajar dengan Sungai Ciliwung dan bermuara di Teluk Jakarta dan pernah dire-vitalisasi atas inisiasi seorang gubernur yang mengajak pihak swasta untuk berkolaborasi mengaktifkan kembali kota tua dan itu terlihat dari logo yang tercetak di lempengan besi penutup lubang di trotoar. Di sekitar tempat ini terdapat banyak bangunan tua dengan kondisi yang masih kokoh dan dapat difungsikan dengan baik serta bangunan tua yang dibiarkan rusak ditelan jaman.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Perjalanan diteruskan ke depan Toko Merah, bangunan tua berwarna merah yang masih kokoh berdiri namun tidak ada barang peninggalan apapun di dalamnya. Menurut Wikipedia, Toko Merah adalah sebuah bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terletak di tepi barat Kali Besar, Kota Tua Jakarta. 

Dibangun pada tahun 1730 dan merupakan salah satu bangunan tertua di Jakarta. Ciri khas warna merah pada bangunan ini yang menjadikan bekas kediaman Gubernur-Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff dikenal dengan sebutan Toko Merah di kalangan masyarakat luas.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Jika pernah berjalan di kota tua Pulau Penang, melihat keadaan banyak bangunan tua di kota tua Jakarta, ada rasa pedih karena kebijakan serta penanganan yang berbeda dari pemangku kepentingan, menjadikan kota tua Jakarta tidak banyak memberikan manfaat baik bagi masyarakat sekitar maupun bangsa Indonesia dan wisatawan yang berkunjung.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Kami terus berjalan melewati 3 patung yang sengaja dipasang di tepian sungai yaitu patung anak kecil yang mengalungkan tali sepatu nya di leher, patung "ngkoh" sedang duduk di sebuah bangku panjang, lalu di ujung jembatan saat berbelok ke tepian seberang sungai ada patung tukang yang sedang men-cat tiang dengan warna merah. Pastinya banyak orang berfoto dengan patung-patung unik itu yang cukup mewakili keberagaman penduduk Kota Jakarta.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Kembali menyusuri tepi sungai, kami melihat bagian belakang dari bangunan-bangunan tua yang di bagian depan nya menghadap ke samping gedung Museum Fatahilah dan banyak digunakan sebagai resto atau kafe. Bagian belakang bangunan banyak yang sudah tidak terawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun