Keluar dari TPO kami menyusuri trotoar menuju ke arah belakang Gedung Museum Fatahilah, terus ke arah Jl. Kali Besar Barat dan tepat di ujung jembatan kami berhenti untuk mendengarkan cerita sejarah sungai yang dinamakan "Kali Besar" yang mengalir sejajar dengan Sungai Ciliwung dan bermuara di Teluk Jakarta dan pernah dire-vitalisasi atas inisiasi seorang gubernur yang mengajak pihak swasta untuk berkolaborasi mengaktifkan kembali kota tua dan itu terlihat dari logo yang tercetak di lempengan besi penutup lubang di trotoar. Di sekitar tempat ini terdapat banyak bangunan tua dengan kondisi yang masih kokoh dan dapat difungsikan dengan baik serta bangunan tua yang dibiarkan rusak ditelan jaman.
Perjalanan diteruskan ke depan Toko Merah, bangunan tua berwarna merah yang masih kokoh berdiri namun tidak ada barang peninggalan apapun di dalamnya. Menurut Wikipedia, Toko Merah adalah sebuah bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terletak di tepi barat Kali Besar, Kota Tua Jakarta.Â
Dibangun pada tahun 1730 dan merupakan salah satu bangunan tertua di Jakarta. Ciri khas warna merah pada bangunan ini yang menjadikan bekas kediaman Gubernur-Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff dikenal dengan sebutan Toko Merah di kalangan masyarakat luas.
Jika pernah berjalan di kota tua Pulau Penang, melihat keadaan banyak bangunan tua di kota tua Jakarta, ada rasa pedih karena kebijakan serta penanganan yang berbeda dari pemangku kepentingan, menjadikan kota tua Jakarta tidak banyak memberikan manfaat baik bagi masyarakat sekitar maupun bangsa Indonesia dan wisatawan yang berkunjung.
Kami terus berjalan melewati 3 patung yang sengaja dipasang di tepian sungai yaitu patung anak kecil yang mengalungkan tali sepatu nya di leher, patung "ngkoh" sedang duduk di sebuah bangku panjang, lalu di ujung jembatan saat berbelok ke tepian seberang sungai ada patung tukang yang sedang men-cat tiang dengan warna merah. Pastinya banyak orang berfoto dengan patung-patung unik itu yang cukup mewakili keberagaman penduduk Kota Jakarta.
Kembali menyusuri tepi sungai, kami melihat bagian belakang dari bangunan-bangunan tua yang di bagian depan nya menghadap ke samping gedung Museum Fatahilah dan banyak digunakan sebagai resto atau kafe. Bagian belakang bangunan banyak yang sudah tidak terawat.