Pada Pilkada Jatim 2018, terjadi pertarungan klasik antara Saefullah Yusuf atau Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawangsa karena keduanya kembali berhadap-hadapan untuk memperebutkan posisi gurbenur. Pada dua kali Pilkada sebelumnya, Gus Ipul dan Khofifah saling berhadapan pada Pilkada 2008 dan 2013
Kontestasi yang terjadi diatas merupakan watak alamiah manusia yang pada hakikatnya memiliki hasrat akan hegemoni dan kekuasaan. Dan di samping itu juga menimbulkan persaingan dan perselisihan di antara kelompok ataupun Partai Politik.Â
Perselisihan yang terjadi kerap kali mengakibatkan polarisasi di tengah masyarakat, dalam hal ini masyarakat di kotak-kotakan berdasarkan dukungan politik.
Hegemoni partai incumbent atau petahana menjadi nilai lebih dalam kontestasi elektoral, dengan program-program yang telah tertunaikan menjadikan incumbent sebagai pihak yang diunggulkan dibandingkan kompetitor lainnya.
Partai Incumbent umumnya memiliki basis pemilih yang menjanjikan. Persaingan yang terjadi akan lebih mudah apabila calon dari Partai Incumbent memiliki kompetensi dan tingkat keterpilihan yang tinggi. Sebagaimana PKS dengan Ahmad Heriawan (aher) yang mampu memenangkan Pilkada Jabar 2013 lalu.
Namun, keadaan ini berbalik 360 derajat dalam Pilkada DKI 2017 lalu. Dalam persoalan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai incumbent memang memiliki kinerja yang memuaskan dan aproval rating mencapai 76% (survey Indikator Politik Indonesia). Meskipun tingkat kepuasan warga DKI atas kinerja incumbent tinggi, tidak menjadi jaminan untuk kedipilihannya dalam Pilkada.
Hal ini menjadi bukti  bahwa "kepala" dan "hati" sebagian warga DKI Jakarta terbelah. Mereka mengakui kinerja Incumbent baik, tetapi hati sulit menerima Ahok karena kasus yang menimpanya. Membuat kerja Partai Incumbent menjadi dua kali lebih sulit dalam hal pemenangan kontestasi elektoral.
Gejala Doublethingking inilah yang terjadi, dimana kemampuan seseorang untuk mempercayai dua hal yang bertolak belakang secara bersamaan atau disonasi kognitif (kata George Orwell).
Pembahasan tentang persaingan elektoral tingkat regional maupun nasional memang selalu menjadi topik yang hangat untuk dibahas.
Dinamika politik regional kerap dijadikan sebuah indikator dalam persaingan eksistensi dan pengukuhan akan hegemoni Partai Politik dalam kancah poltik nasional.
Seberapa kuat pengaruh Partai Politik di daerah?