Suara tepuk tangan kembali menggema. Orang-orang berdiri dari kursinya dengan wajah penuh kekaguman. Kulihat Julie dan Eva melakukan hal yang sama dari tempat penonton. Aku tersenyum. Pengalaman ini sangat luar biasa. Aku akan merekamnya dalam memoriku sepanjang nafas hidupku.
Waktu berada di Moskow terasa pendek. Saatnya untuk kembali ke Jakarta. Julie siap mengantarku ke bandara. Aku tak bisa berpamitan pada paman dan bibi karena mereka masih tugas di luar negeri. Sebelum menuju bandara, ada pemberhentian terakhir yang ingin aku kunjungi. Kami mampir dahulu ke rumah Eva. Sesampainya di sana Eva mempersembahkan hadiah perpisahan untukku. Ia memintaku untuk menontonnya bermain piano. Setelah sekian lama, untuk pertama kalinya dia bermain di depanku, dan juga terakhir kali sebelum aku kembali ke Jakarta. Â
Alunan denting piano yang indah mulai terdengar di telingaku. Eva memainkan lagu kesukaanku. Deux Arabesques No. 1. Jiwaku seperti terombang-ambing di lautan harmoni. Melalui permainan pianonya, aku merasakan kebahagiaan yang sudah lama tidak kurasakan sebelumnya. Perasaan senang dan terhibur, setelah sekian tahun aku tidak mendengar permainannya. Sungguh sebuah hadiah perpisahan yang tak akan pernah aku lupakan. Sebuah sonata terindah yang menjadi ikatan persahabatan kami berdua.
November 2020.
Jari jemariku kembali menekan tuts piano dan mulai mengalunkan lagu indah ini dengan penuh senyuman. Bagaikan potongan terakhir sebuah teka-teki yang berhasil ditemukan setelah sekian lama, Eva kembali hadir menjadi bagian dari hidupku dan kini kembali mengambil peran di dalamnya. Meski jarak dan waktu mempunyai rentang yang jauh, persahabatan kami tak pernah lekang, hingga kini selalu terjaga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H