Hari ini adalah hari terakhir di hidupku. Besok aku akan masuk ke dapur untuk diolah menjadi bala-bala. Ya, bala-bala. Aku tidak punya pilihan.
Alur hidup kami cukup sederhana. Lahir sebagai gandum, diolah menjadi terigu, masuk akademi, setelah itu kami datang kepada negara untuk diolah menjadi bentuk lain, lalu mengakhiri hidup setelah dikirim kepada konsumen dan dikonsumsi.
Tingkat kesuksesan hidup kami ditentukan oleh akhir hidup kami. Apa wujud akhir kami.
Apabila kamu menjadi gorengan, hidup kamu gagal, keturunanmu akan dicap sebagai kelas bawah. Apabila kamu menjadi roti yang dinikmati orang kaya, maka kamu sukses, keluargamu akan dicap sebagai kelas atas.Â
Negara selalu mengatakan bahwa kami dapat menentukan hidup kami melalui akademi. Itu adalah alasan untuk mewajibkan setiap terigu di negara kami harus masuk akademi.
Setelah lulus akademi, bungkus kami akan penuh dengan atribut yang menentukan akhir hidup kami. Walaupun sebagian besar dari kami tau bahwa itu hanyalah omong kosong belaka. Tau apa negara soal kami. Mereka keluarga kerajaan memiliki akhir hidup yang berbeda. Mereka tidak dimakan. Mereka mati sampai basi dengan dalih bahwa mereka harus memikirkan kami.
Namun negara tidak pernah tau apabila kamu terlahir dari keturunan gandum yang berakhir menjadi bala-bala, maka kamu pun seperti itu. Kecil kemungkinan kamu berakhir menjadi bentuk yang kamu mau. Kecuali keturunan kelas atas datang padamu.Â
Di akhir hidupku, aku hanya ingin duduk dengan santai. Melihat gandum-gandum yang masih lucu-lucunya.
"Kamu benar-benar tidak akan bercerita tentang Rose?"
Ahh aku benci pertanyaan ini. Hanya satu terigu yang bertanya seperti ini. Dia adalah kembaranku. Kami sama-sama akan berakhir besok. Rose? Hanya teman saja.
"Ya, aku sangat yakin."