Mohon tunggu...
Fardi Kallang
Fardi Kallang Mohon Tunggu... Nelayan - Tulisan adalah Bukti Sejarah

Pemula yang selalu mencari jalan untuk setitik asa

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Problematika Budidaya Perikanan Payau di Sulteng

5 Agustus 2019   06:53 Diperbarui: 5 Agustus 2019   07:00 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai negara maritim indonesia tentunya berpeluang menjadi negara pengahasil perikanan terbesar dunia, untuk mencapai predikat tersebut beragam kebijakan pun telah menghiasi wajah laut kita. 

Sebagai salah satu upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkecimpung disektor kelautan dan perikanan, terutama pembudidaya ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merumuskan kebijakan strategis operasional Minapolitan pada tahun 2010. 

Minapolitan merupakan konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Untuk itu, pendekatan dalam pembanguan minapolitan dilakukan dengan sistem manajemen kawasan dengan prinsip integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi.

Sulawesi tengah merupakan salah satu provinsi yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan dengan komoditas unggulan udang dan rumput laut pada saat itu namun apa daya "Jauh Panggang dari pada Api" kawasan minapolitan yang pada saat itu membuat masyarakat pesisir berselera kemudian menjadi abu abu setelah bapak Minapolitan Fadel Muhammad harus lenser dari kursi MKP entah apa sebabnya.(tidak dibahas Pada Tulisan ini)

Provinsi Sulawesi tengah memiliki potensi perikanan payau seluas 42.095,15 Ha dengan potensi tersebut dapat menjadikan sulawesi tengah sebagai salah satu lumbung ikan di kawasan timur indonesia. ikan Bandeng dan Udang (Penaeid), kedua komoditas tersebut merupakan produk yang paling umum didapatkan ketika melakukan kunjugan atau survei kepada para pembudidaya ikan dibeberapa kabupaten di sulawesi tengah. 

Namun hal yang paling mengiris hati ketika para petambak menyampaikan curhatannya bahwa luasan hamparan tambak yang di kelola sangat tidak sebanding dengan produksinya...lantas kenapa demikian??? 

Dimana letak permasalahan bagi para petambak, hal apa yang kemudian dapat menjadi solusi terhadap permasalahan bagi petambak? sementara sektor budidaya diharapkan kedepan menjadi penopang ketika produksi dibidang penangkapan tak lagi menentu.

Sistem Budidaya

Tak dapat dipungkiri bahwa permasalahan budidaya perikanan payau tidak hanya pada daerah sulawesi tengah saja tetapi juga beberapa daerah dikawasan timur indonesia dimana luasan tambak tidak seluas dengan produksinya. 

Pada umumnya pembudidaya ikan atau Petambak disetiap kabupaten di sulawesi tengah seperti Donggala, Parigi Moutong, Tolitoli dan Buol masih mengandalkan pada perluasan lahan (ekstensifikasi) tidak adanya sentuhan teknologi dan intensifikasi menjadikan produksi budidaya sangat minim. 

Kegiatan budidaya yang dilaksanakan tanpa melalui proses persiapan lahan yang baik sementara pada tahap tersebut merupakan momentum untuk menormalisasi lahan kembali setelah tambak tersebut digunakan. 

Persiapan lahan yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tambak yakni  pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, perbaikan kemalir, pengapuran, pemupukan, serta pengairan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh ketika persiapan lahan pada usaha budidaya yakni tambak  bersih dan bebas berbagai bibit penyakit,menguraikan amoniak, h2s, serta  bahan bahan organik lainya yang terdapat pada sisa sisa kotoran dan lumpur, meningkatkan produktivitas tanah, terutama pH dan alkalinitasnya serta menumbuhkan pakan alami agar kolam menjadi subur.

Pengadaan Benih Ikan

Salah satu faktor penting dalam keberhasilan usaha budidaya perikanan adalah pemenuhan kebutuhan akan benih ikan baik dari kualitas maupun kuantitas secara berkelanjutan. 

Permasalah pertama yang dihadapi adalah di daerah sulawesi tengah sendiri belum memiliki panti benih (hatchery)yang produktif untuk komoditas payau seperti Bandeng dan Udang. lalu kemudian bagaimana cara bagi pembudidaya ikan untuk mendapatkan akses benih tersebut? 

Selama ini Kebutuhan akan benih ikan bandeng (nener) dan Udang (benur) dipasok dari daerah lain seperti Sulawesi Selatan ,Pulau Jawa Dan denpasar Bali. 

Kedua, Jarak dan Transportasi yang belum memadai dibeberapa daerah di sulteng menambah daftar permasalahan bagi pembudidaya dalam mendapatkan benih. 

Tingginya biaya oprasional dan mortalitas benih adalah konsekuensi yang harus ditanggung oleh para petambak ikan. Data yang tercatat pada kantor karantina ikan dalam kurung waktu 5 tahun terakhir jumlah nener yang di masukkan melalui bandara mutiara sisaljufri sebanyak 14.196.000 s.d 16.996.000 ekor/tahun sedangkan untuk komoditas benur sebanyak 129.781.000 s.d 181.255.000 ekor/ tahun benih tersebut kemudian tersebar dan dipelihara dibeberapa kabupaten di sulteng.

Serangan Penyakit

Selain ketersedian benih hal yang paling patut diwaspadai dalam usaha budidaya udang adalah serangan penyakit. Serangan penyakit pada usaha budidaya menjadi salah satu penyebab kegagalan bagi para petambak sehingga hal tersebut perlu mendapatkan perhatian secara khusus. 

Penurunan kualitas lingkungan merupakan pemicu munculnya sejumlah penyakit. beberapa tahun terakhir pemerintah dan pembudidaya udang utamanya harus di buat was was dengan adanya penyakit baru yang disebut Early Mortality Syndrome (EMS) penyakit acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND). 

EMS dan AHPND merupakan jenis penyakit baru yang berasal dari bakteri vibrio spp, (isw.co.id)  EMS dan AHPND merupakan penyakit mematikan dan paling di takuti para pembudidaya udang Karena penyakit ini dapat mematikan budidaya udang secara massal 40%-100% pada umur 10-30 hari setelah penebaran. 

Negara yang sudah terkena wabah penyakit ini adalah China, Vietnam, Malaysia, Thailand, Kamboja, india dan  syukurnya sampai saat ini wabah penyakit ini belum pernah di temukan di indonesia Agar ancaman penyebaran penyakit ikan itu bisa dicegah, perlu adanya kerja sama lintas sektoral dan bahkan lintas negara. Antara lain dengan memperketat risk analysis import, termasuk melakukan pengawasan pada pintu-pintu masuk  pelabuhan muat ekspor.

Akses Permodalan

Bagi pelaku usaha perikanan kecil seperti Petambak ikan  faktor produksi berupa modal terkadang menjadi masalah yang tak dapat terhindarkan bahkan dengan alasan permodalan inilah yang menjadi salah satu latar belakang kurang maksimalnya produktivitas budidaya payau di daerah ini. 

Usaha budidaya ikan sebenarnya baik dan memiliki prospek cerah tetapi tidak didukung oleh permodaalan yang kuat, akhirnya tidak berkembang. Karena itu penting bagi pelaku usaha perikana untuk mencermati dan belajar mengenai akses permodalan ini.

Pelaku usaha bidang perikanan biasanya adalah pemilik usaha yang memiliki fungsi ganda, karena berhadapan langsung dengan semua hal yang berkaitan dengan usaha, produksi, sumber daya, pemasaran, pengembangan usaha dan lain-lain. 

Karena itu kemampuan manajemen mutlak diperlukan sebagai landasan kelangsungan usahanya khususnya dalam bidang perikanan. Di dalam manajemen usaha bidang perikanan ada dua hal yang perlu menjadi landasan keberhasilan usaha yaitu Manajemen yang berbasis profesionalisme dan pengelolaan permodalan. 

Keduanya merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat dihindari oleh setiap pelaku usaha . kedepannya sosialisasi dan fasilitas akses permodalan perikanan tentunya diharapkan dengan mudah dapat dijangkau oleh masyarakat dan  pelaku usaha perikanan.

Penulis : Fardi Kallang

Fungsional PHPI Pada Kantor Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Palu Wilayah Kerja Toli-toli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun