Peluang Bagi Indonesia
Di tengah dinamika persaingan AS dan China saat ini, Indonesia punya tiga pilihan seperti di era perang dingin. Pertama, Indonesia ikut ke salah satunya dengan risiko akan dimusuhi oleh satu lainnya. Kedua, memusuhi keduanya dengan risiko akan dihimpit oleh dua kekuatan besar itu. Ketiga, Indonesia merangkul keduanya dengan strategi sedemikian rupa agar keduanya mendukung kepentingan nasional Indonesia.
“Saya pilih opsi yang ketiga. Yang terpenting, mereka jangan sampai terlalu dominan dan kemudian mengacak-acak kedaulatan negara kita. Sederhananya, kita ambil uangnya tapi kita yang mengatur,” kata Tito.
“Turis di Bali dulu didominasi dari Australia. Sekarang, turis asing yang mengisi hotel-hotel berbintang di Bali, banyak asal China. Demikian juga dengan Manado, sekarang kewalahan menyediakan kamar hotel dan restoran untuk melayani melonjaknya turis asal China yang terbang langsung ke kota itu,” kata Tito.
Dua peluang lainnya, adalah di sektor properti dan menarik investasi untuk berbagai sektor seperti pertambangan, perkebunan, dan infrastruktur.
Menurut Tito, Amerika tetap penting bagi Indonesia. Tapi, melihat arah kebijakan Presiden Donald Trump yang proteksionis dan mengedepankan kepentingan dalam negerinya (America First), saat ini Indonesia sulit berharap kepada AS dari sisi ekonomi.
Tito juga menyinggung soal adanya pandangan yang mempersoalkan sektor swasta di dalam negeri yang dikuasai para Taipan atau pengusaha keturunan Tionghoa.
Tito mengemukakan, untuk kemajuan di bidang ekonomi, Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan belanja APBN yang jumlahnya kurang dari Rp2.000 triliun. Perlu mengundang sektor swasta, baik dari luar negeri maupun sektor swasta dalam negeri.
Fenomena Non-State Actor
Non-state actor adalah pelaku-pelaku bukan negara yang punya pengaruh besar terhadap suatu negara dan bahkan punya jaringan internasional yang kuat. Yang menonjol antara lain Palang Merah Internasional, FIFA sebagai badan internasional yang mengendalikan olahraga sepakbola di dunia, berbagai lembaga keuangan tingkat dunia, dan ILO yang mengorganisir buruh sedunia.
“Pergulatan politik internasional tentu akan memberikan pengaruh terhadap stabilitas nasional Indonesia. Tidak mustahil, kekuatan-kekuatan dari luar itu akan menggunakan kekuatan yang ada di dalam negeri untuk menjadi alat kepentingan mereka,” kata Tito.