Selain itu beberapa kosakata yang ditengahnya menggunakan huruf A, akan digantikan bunyinya dengan huruf E seperti bali, banyu, babi, ndais menjadi beli, benyu, ndeis. Selain itu, ada pula daerah yang menggantikan huruf A dalam kata-kata di atas menjadi huruf O. Dalam keragaman kosakata, Bahasa Jawa Wonosobo juga memiliki keragaman dan ciri khas yang cukup unik.Â
Misalnya dalam menyebut "kamu" dalam Bahasa Indonesia jika dalam bahasa jawa lain biasanya menggunakan kata "koe", berbeda dengan Wonosobo yang menggunakan kata deke, dee, rika, ra'i, dan sira tergantung pada daerahnya karena setiap daerah (kecamatan/desa) di Wonosobo memiliki gaya pengucapan dan Kosakata yang saling berbeda.
Di Wonosobo juga terkenal dengan kondisi keagamaan masyarakatnya yang beragam. Di sini lah tumbuh dan berkembang berbagai pemahaman dan kebudayaan yang tumbuh beriringan dengan budaya seperti yang telah di paparkan sebelumnya.Â
Dalam ragam keislaman di kota ini juga dikenal dengan tumbuhnya berbagai mecam pusat pendidikan agama dan organisasi islam. Salah satunya adalah Rifa'iyah. Organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Rifai atau Mbah Rifai ini memang tidak lahir Di Wonosobo.Â
Namun dalam perkembangannya, Wonosobo menjadi salah satu basis utama tumbuhnya organisasi ini. Ini dikarenakan adanya peran aktif dari murid-murid KH. Ahmad Rifai yang banyak berasal dari Wonosobo. Salah satu contoh yang terkenal dari murid Mbah Rifai adalah Mbah Abu Hasan yang merupakan murid langsung dari Mbah Rifai yang ajarannya kemudian tersebar dari tempat asalnya Di Kecamatan Kepil, hingga keturunannya banyak berkembang di wilayah desa Krasak, Mojotengah.Â
Hal yang menjadi ciri khas dari organisasi ini dibanding yang lain adalah adanya kemudahan pengajaran agama melalui nadzom atau syair yang biasa disebut dengan tanbihun. Lalu, adanya inisiasi tarajumah atau terjemah atas kitab-kitab kuning berbahasa arab yang ditranslasikan dalam bahasa jawa yang mana ini merupakan cikal bakal dari penerjemahan kitab-kitab Islam di Jawa.Â
Bukan hanya terjemahan, namun Rifaiyah juga mampu menciptakan karya berupa kitabnya sendiri yang diberi nama USFITA yang merupakan singkatan dari ushul, fikih, dan tasawuf di mana semua hal itu di integrasikan dan di interkoneksikan dalam sebuah kitab yang sistematis. Kitab ini kemudian di populerkaan oleh KH. Muhammad Amin Ridlo, seorang kiai kharismatik dari Desa Krasak, Mojotengah, dan merupakan pengampu dari Pondok Pesantren Manbaul Anwar.
Kesimpulan
Peradaban Masyarakat yang Ada Di Kabupaten Wonosobo, dapat kita sederhanakan dari keseluruhannya bahwa peradaban Di Wonosobo dapat dibagi menjadi 2 pembabakkan utama yaitu pra-islam dan masa islam.Â
Lebih dari itu, spiritualitas masyarakat yang telah menyatu dengan kondisi sosial bahkan seluruh aspek kehidupan manusia yang tinggal di daerah ini telah membuktikan bahwa kecerdasan spiritual yang dibawa oleh para leluhur kita melalui local wisdom atau kearifan lokal yang ada. Itulah sedikit penjabaran saya terkait Peradaban Masyarakat Wonosobo. Terima Kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H