Adalah mata air yang terletak Di Dieng Wonosobo dan menjadi hulu dari Sungai Serayu. Bima Lukar berawal dari legenda dari tokoh pewayangan yang bernama Bima yang melepaskan pakaiannya untuk bersuci (Lukar) sebelum menerima wejangan dari Guru Durna dan Begawan Dronajaya. Oleh karena itu, mata air ini dimaknai oleh para penganut aliran kebatinan sebagai tempat dimana manusia melepaskan diri dari nafsu dunia yang bersifat negatif.
Tempat ini juga dianggap sebagai tempat keramat dengan banyaknya orang yang sengaja datang ke tempat ini untuk melakukan ritual bersuci atau membersihkan diri. Dari segi strukturnya, Tuk Bima Lukar terbagi 3 bagian undakan, yaitu, bagian atas sebagai tempat paling suci dan biasa digunakan untuk menruh sesaji, di bagian bawahnya lagi terdapat kolam yang menampung air, dan dibagian paling bawah kita dapat menemukan dua buah pancuran air.
Itu tadi adalah contoh dari beberapa peninggalan dari kebudayaan peradaban pra islam (masa primitif-hinduisme) yang terdapat di Wonosobo dan daerah yang masih terkait. Dari peninggalan di atas dapat dilihat bahwa pada masa lampau, manusia yang hidup dan membangun peradaban di daerah Wonosobo memiliki kemajuan kebudayaan baik dari bangunan, maupun spiritual dan filosofi. Â
Dari arsitektur candi saja, dapat dilihat bahwa leluhur kita yang hidup pada masa itu memiliki kecerdasan bukan hanya pada aspek spiritual, namun juga seni dan intelektual yang berperan besar dalam menyusun dan membangun peradaban masyarakat yang menghasilkan bangunan-bangunan yang indah.
Namun, kemajuan peradaban masyarakat Wonosobo tidak berhenti sampai disitu saja. Setelah kedatangan Islam dari timur tengah ke wilayah ini, mulailah terbentuk kemajuan sosial-budaya masyarakat yang bersenyawa dengan agama islam yang hadir. Inilah contoh dari  local wisdom para pendahulu kita pada masa itu yang hasilnya dapat kita nikmati hingga hari ini.
Islam memiliki pengaruh besar dalam perkembangan peradaban nusantara khususnya di Kabupaten Wonosobo. Beberapa contoh yang dapat kita amati diantaranya:
Masjid Al-Manshur
Masjid ini menjadi saksi bisu penyebaran islam yang dilakukan oleh tokoh ulama dari Yaman yang menetap Di Wonosobo. Beliau adalah Kiai Walik. Kiai Walik bersama dua kiai lainnya, Kiai Karim (Kalibeber) dan Kiai Kolodete (Dieng) membuka hutan belantara dan menjadikan wilayah Wonosobo menjadi pemukiman hingga sekarang.
Masjid Al-Manshur adalah masjid tertua di kota ini yang didirikan oleh Kiai Walik. Masjid ini selalu ramai didatangi wisatawan maupun peziarah karena lokasinya yang strategis dan terletak dekat dengan pusat kota.
Kelurahan Kalibeber
Kelurahan Kalibeber adalah ibukota dari Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Ketika mendengar nama Kalibeber, mayoritas orang akan terbayang tentang pesantren dan pusat pendidikannya. Di kelurahan ini pula terdapat satu-satunya universitas yang ada di Kabupaten Wonosobo yaitu Universitas Sains Al-Quran (UNSIQ) yang berperan sebagai pusat pendidikan dan pengkajian ilmu agama serta ilmu-ilmu umum yang ada di Kabupaten Wonosobo.