Mendengar ucapan Gita, aku tertawa ringan.
"Eh tapi bener loh? terlebih bukannya angin lebih menakjubkan daripada hujan ya Git, sebelum hujan turun pasti angin akan lebih dahulu memberikan tanda. Bahkan angin menerbangkan debu dan membuat pohon-pohon bergerak." Aku menyatakan alasan dengan lebih masuk akal supaya Gita bisa lebih mengerti.
Berbalik dari apa yang kuharapkan, Gita malah melihatku dengan tatapan aneh seolah baru pertama kali menemukan jenis orang sepertiku.
"Menerbangkan debu itu berarti akan ada banyak debu dimana-mana loh Lana, kita bisa kelilipan juga berarti. Apanya yang indah dari itu?" Gita menjawab dengan gemas mendengar alasanku yang tidak sesuai dengan pemikirannya.
"Tapi suasananya jadi lebih dingin dan sejuk kan?" jawabku dengan cepat.
"Kalau untuk yang satu itu setuju sih." Gita membalas dengan nada terpaksa.
"Tuh kan kamu juga setuju." Ujar ku.
"Terpaksa agar tidak semakin panjang masalahnya." Ucap Gita sembari mengambil tas sekolah nya.
"Lebih baik kita pulang sekarang deh Lan, kalo nanti takutnya kehujanan di tengah jalan." Sahutku kembali.
Mendengar ucapannya aku segera membuka handphone-ku untuk mengecek waktu saat ini, dan benar saja sekarang sudah pukul 15.30 yang menunjukan waktu para siswa untuk pulang sekolah.
"Duluan saja Git, aku akan pulang telat sekalian menyelesaikan tugas sejarah." Tolak ku sembari menunjukan pulpen yang tadi jatuh serta buku tulis sejarah di hadapanku.