Mohon tunggu...
Faradina Sabita Kurniawan
Faradina Sabita Kurniawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengamat perkembangan dan pertumbuhan kota

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Memutus Mata Rantai Kemiskinan pada Pengamen

22 Oktober 2019   22:21 Diperbarui: 22 Oktober 2019   22:55 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Munculnya hutang pun sebenarnya masih memiliki keterkaitan dengan faktor nomor enam sebelumnya, yaitu individu yang tidak dapat mengatur pengeluaran dan penghasilan secara seimbang, akibatnya lilitan hutang akan terasa semakin berat untuk dibayar.

Pengamen sendiri bisa membuat perubahan yang besar bagi dirinya, keluarganya, serta lingkungan sekitar guna memutus mata rantai kemiskinan. Cara yang bisa mereka lakukan adalah dengan sadar bahwa ia harus berkompetisi untuk maju.

Mereka juga harus sadar bahwa mereka harus memperbaiki nasib mereka menjadi jauh lebih baik demi kebaikannya maupun kebaikan generasi yang akan datang. Mereka juga tidak boleh malas berusaha dalam mengumpulkan pundi-pundi uang untuk ditabung guna melanjutkan pendidikan yang sebelumnya pernah putus sekolah atau bahkan belum pernah merasakan sekolah sama sekali. Yang terakhir adalah memotivasi diri sendiri untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Masyarakat sekitar tentu tidak bisa tinggal diam akan hal ini, peran serta masyarakat sekitar untuk memerangi kemiskinan bisa dilakukan dengan cara mengajari para pengamen soal pendidikan akademik, melatih mereka untuk mengembangkan soft skills yang mereka punya, dan masyarakat sekitar juga bisa memperkerjakan para pengamen jalanan dalam berbagai bidang usaha yang mereka miliki.

Peran serta pemerintah pun diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Beberapa hal bisa dilakukan pemerintah adalah mengadakan pelatihan kerja bagi para pengamen agar pengamen-pengamen ini bisa masuk dalam dunia kerja sektor formal.

Upaya real yang telah dilakukan pemerintah adalah membuat Kartu Indonesia Pintar yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan rentan miskin dalam jangkauan umur 7-18 tahun untuk dapat bersekolah secara gratis. Hal ini dilakukan karena seseorang yang ditolong dengan hanya dengan memberikan materi tanpa diberikan pendidikan yang layak tentu akan sia-sia.

Cara lainnya adalah dengan menyediakan modal usaha disertai dengan pengarahan yang memadai agar modal usaha yang sudah dikucurkan bisa benar-benar berguna dan berhasil mengangkat taraf hidup masyarakat kalangan kebawah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun