Mohon tunggu...
Faradisa Mawaldah
Faradisa Mawaldah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa: Jendela Dunia

10 Januari 2025   17:30 Diperbarui: 10 Januari 2025   17:20 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

"Bahasa: Jendela Dunia"

Prolog:

Di bawah rimbunan pohon besar di sebuah taman yang tenang, dua teman duduk berbincang, membuka perspektif satu sama lain tentang sebuah hal yang kerap terabaikan: bahasa. Alya, seorang remaja yang mencintai bahasa dan budayanya, melihat bahasa Indonesia sebagai karya seni dan identitas bangsa. Di sisi lain, Sekar seorang pemuda yang lebih pragmatis, menganggap bahasa hanya sebagai alat komunikasi biasa, tanpa makna lebih dalam.

Namun, perbincangan kecil di taman itu perlahan mengubah pandangan mereka. Dalam suasana hangat Bulan Bahasa, dialog mereka menjadi cerminan bagaimana bahasa, jika dimaknai dengan lebih mendalam, mampu menyatukan, menginspirasi, bahkan mengubah pandangan seseorang.

"Bahasa: Jendela Dunia" mengajak kita menyelami makna bahasa sebagai jembatan budaya, seni, dan rasa. Sebuah perjalanan singkat tentang bagaimana kata-kata yang sederhana bisa menjadi alat menciptakan perubahan besar.

Tokoh:

1. Alya - Seorang remaja yang sangat mencintai bahasa dan budaya.

2. Sekar- Teman Alya yang tidak terlalu tertarik dengan bahasa Indonesia.

Latar:

Sebuah taman yang sepi, dengan beberapa kursi dan pohon besar. Di sebelah kiri, ada meja yang dipenuhi buku dan laptop. Di sebelah kanan, ada bangku taman yang nyaman

ADEGAN 1: DI TAMAN

(Alya dan sekar duduk di bangku taman, masing-masing membawa buku. Sekar terlihat bosan, sementara Alya tampak antusias membaca buku.)

Alya: Sekar, kamu tahu nggak, bulan ini kan Bulan Bahasa, lho! Harusnya kita ikut merayakan dengan lebih mencintai bahasa kita.

Sekar : Bulan Bahasa? Hmm, sebenarnya aku nggak terlalu peduli, Alya. Bahasa Indonesia itu kan cuma alat untuk ngomong sehari-hari, nggak lebih dari itu, kan?

Alya: (terkejut)  Aduh, Sekar! Kamu nggak ngerti deh, bahasa itu bukan cuma alat komunikasi. Bahasa Indonesia itu indah, kaya, dan punya makna yang dalam. Kita bisa lewat bahasa untuk menyampaikan perasaan, pikiran, bahkan mengungkapkan seni!

Sekar:  Tapi, Alya... menurut aku, bahasa itu ribet. Kadang, aku merasa kalau ngomong pakai bahasa Indonesia itu terasa kaku. Apalagi, ada banyak aturan yang bikin aku bingung.

Alya:  Iya sih, memang ada aturan dalam bahasa, tapi justru itu yang membuat bahasa Indonesia kaya! Bayangin deh, kalau kita nggak punya aturan gramatikal, bisa kacau kan cara orang ngomong? Bahasa itu juga ada seni dalam memilih kata yang tepat.

Sekar:  Seni? Maksud kamu gimana, Alya?

Alya: (tersenyum) Misalnya, puisi atau cerita pendek. Kalau kamu bisa menulis dengan bahasa Indonesia yang indah, bisa membuat orang merasa apa yang kamu rasakan. Itu loh yang aku suka!

Sekar : (agak skeptis)  Hmm, menarik sih... tapi aku nggak yakin bisa nulis puisi atau cerita yang bagus. Pasti sulit.

ADEGAN 2: MENCIPTAKAN KARYA

(Alya membuka laptopnya dan mulai mengetik sesuatu. Sekar melihat dengan penasaran.)

Alya:  Nah, coba deh kamu bantu aku buat puisi ini! Ini contoh puisi yang aku buat tentang bulan bahasa. Dika, kamu bantu pikirin kata-kata yang pas, yuk!

(Alya membaca puisi yang dia buat dengan semangat.)

Alya:  "Bulan bahasa, bulan penuh makna, 

Kata-kata mengalir, tak kenal lelah, 

Bahasa menyatukan, dari hati ke hati, 

Membangun bangsa, kuatkan persatuan."

Sekar: (terdiam sejenak, berpikir) Hmm... kalau begitu... bagaimana kalau kita tambahkan tentang bagaimana bahasa bisa membuka mata kita terhadap dunia?

Alya:  Wah, itu bagus banget! Jadi, gimana kalau kalimatnya seperti ini: 

"Dengan bahasa, dunia terasa dekat, 

Kata menjadi jendela, membuka pandanganku."

Sekar : (tersenyum) Iya, itu keren! Ternyata bahasa Indonesia bisa juga jadi alat untuk menyampaikan pesan yang dalam, ya.

ADEGAN 3: PERBICARAAN TENTANG PENTINGNYA BAHASA

(Alya menutup laptopnya, sementara Sekar berpikir dengan serius.)

Sekar:  Alya, aku baru sadar kalau bahasa itu ternyata nggak cuma tentang aturan dan kosakata. Ada sesuatu yang lebih besar, ya... Misalnya, bahasa bisa membuat kita lebih memahami satu sama lain.

Alya:  Betul, Sekar! Bahasa itu juga bagian dari identitas kita. Kita sebagai orang Indonesia harus bangga dengan bahasa kita. Bahasa Indonesia bukan hanya alat komunikasi, tapi juga cara kita menunjukkan siapa kita, dari mana asal kita, dan bagaimana kita melihat dunia.

Sekar: Aku nggak tahu kalau bahasa Indonesia punya kekuatan seperti itu. Aku pikir cuma untuk ngobrol biasa saja.

Alya:  Itu sebabnya kita harus merayakan Bulan Bahasa, untuk lebih mencintai bahasa kita dan melestarikannya. Kita nggak cuma ngomong, tapi kita juga menciptakan sesuatu lewat bahasa entah itu puisi, cerita, atau bahkan lagu.

Sekar:  Hmm... mungkin aku harus mulai belajar lebih serius tentang bahasa Indonesia. Nggak cuma belajar untuk ujian, tapi juga untuk bisa menikmati keindahannya.

Alya: (tersenyum lebar) Itulah yang aku harapkan, Sekar! Kita semua bisa belajar dan berkembang dengan bahasa. Dengan bahasa, kita bisa mengekspresikan diri, berkreasi, dan membangun hubungan yang lebih baik.

ADEGAN 4: PENUTUP

(Alya dan Sekar berdiri, siap untuk pergi. Sekar terlihat lebih bersemangat.)

Sekar:  Alya, terima kasih sudah membuka mataku tentang pentingnya bahasa. Aku jadi lebih menghargai bahasa Indonesia sekarang. Mungkin aku akan coba menulis cerpen atau puisi sendiri.

Alya:  Ayo, Sekar! Cobalah! Bahasa itu milik kita semua, dan setiap orang bisa menciptakan karya dengan bahasa. Bulan Bahasa adalah saat yang tepat untuk memulai.

(Mereka berjalan bersama menuju keluar panggung, saling berbicara dengan penuh semangat.)

Sekar:  Saya nggak sabar untuk coba menulis sesuatu! Semoga karya saya bisa membuat orang-orang merasa sesuatu yang dalam seperti yang kamu rasakan, Alya.

Alya:  Pasti bisa, Sekar! Selamat Bulan Bahasa!

(Lampu panggung meredup, pertunjukan selesai.)

TAMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun