Sense of justice ini yang tidak terlihat dalam argumentasi Ma'ruf untuk memberikan perlakuan khusus atas santri. Jika penekanannya pada santri yang hanya bisa pulang dua kali dalam setahun, para perantau juga mengalami nasib serupa.Â
Lantas menjadi pertanyaan tersendiri, mengapa Ma'ruf Amin memberikan perlakukan khusus kepada santri? Apakah ini dipengaruhi oleh latar belakang Ma'ruf?
Ma'ruf Amin merupakan tokoh Islam yang berpengaruh di Indonesia. Dia sempat menjabat sebagai Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ketua MUI. Pengaruhnya yang kuat pada komunitas Islam di Indonesia kemungkinan besar mempengaruhi kebijakan-kebijakannya saat mengemban posisi Wakil Presiden, seperti mengajukan pemberian fasilitas khusus kepada santri untuk melakukan mudik.
Dean Keith Simonton dalam tulisannya The Personal Characteristics of Political Leaders: Quantitative Multiple-Case Assessments menjelaskan pendekatan psikologis di mana adanya korelasi kuat antara gaya kepemimpinan seorang pemimpin dengan karakternya.
Simonton mengatakan bahwa karakteristik seseorang tidak terlepas dari kepemimpinan seseorang sehingga dapat mempengaruhi ideologi, pembuat keputusan dan performa kepemimpinannya. Hal ini dipengaruhi oleh karakter individu pemimpin itu sendiri yang dapat dilihat melalui biografi, pendidikan dan sebagainya.
Berangkat dari pernyataan Simonton, Ma'ruf Amin yang juga merupakan seorang santri  dan kedekatannya dengan para santri menjelaskan sikapnya dalam memperjuangkan kepentingan kelompok santri untuk mudik.Â
Kekhususan sikap Ma'ruf Amin kepada para santri menjelaskan kedekatannya secara emosional kepada santri yang dipengaruhi oleh latar belakang Ma'ruf Amin. Â Latar belakang Ma'ruf Amin yang kental dengan Islam sekiranya mempengaruhi karakter dan ideologinya. Ma'ruf tumbuh dewasa dalam tradisi NU dan bersekolah di Madrasah. Ayahnya sendiri memiliki Pondok Pesantren di Tangerang.
Setelah tamat sekolah Ma'ruf Amin menimba ilmu ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jawa Tengah pada tahun 1958. Ia lanjut memperdalam ilmunya dengan mengembara dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Â
Beranjak dewasa, kariernya di percaturan politik pun meningkat. Ia menjadi Wakil Ketua NUdan merangkap sebagai Ketua Umum NU Cabang Tanjung Priok. Ia juga sempat mendapatkan jabatan di PBNU sebagai Rais Aam Syuriah PBNU. Â Hingga akhirnya ia bergabung dengan MUI tahun 1990 dan diangkat menjadi Ketua Komisi Fatwa MUI dan Ketua Umum MUI. Ma'ruf Amin bahkan dianggap sebagai "wakil Islam" di Indonesia melihat pengaruhnya yang kuat dalam kehidupan masyarakat Muslim dan kebijakan pemerintahan.
Kedekatan Ma'ruf dengan santri juga terlihat ketika dirinya sering melakukan kunjungan ke pesantren dan memberikan motivasi ke santri untuk berkontribusi ke Indonesia. Beberapa kali dia juga memotivasi santri agar membawa Indonesia untuk memiliki presiden seorang santri, seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Â Ma'ruf Amin juga memperoleh dukungan suara di Pilpres 2019 dari para santri dan ulama. Contohnya pada deklarasi dukungan oleh beberapa organisasi masyarakat ulama santri di Provinsi Banten.
Latar belakang Ma'ruf Amin yang merupakan tokoh Islam yang kuat sekiranya mempengaruhi kebijakannya yang cenderung mengurus hal-hal religius, terutama yang berhubungan dengan kepentingan komunitas Islam. Namun, apakah itu satu-satunya faktor yang membuat Ma'ruf terkesan fokus pada isu-isu agama? Peran yang Terbatas?