Mohon tunggu...
muhamad faqih adzkia
muhamad faqih adzkia Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa

nama saya muhamad faqih adzkia bisa di panggil faqih, saya anak ke 3 dari 4 bersaudara, terimkasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Psikologi Agama Anak-anak dan Remaja dalam Kaitannya dengan Program dan Strategi Konseling Religius

31 Januari 2024   11:20 Diperbarui: 31 Januari 2024   11:34 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak: Kajian dalam penelitian ini adalah tentang psikologi agama anak-anak dan remaja dalam kaitannya dengan program dan strategi konseling religius. Model penelitian yang digunakan adalah studi pustaka yang membahas tentang psikologi agama anak-anak dan remaja dalam kaitan nya degan program dan stratergi konseling religius.

Kata Kunci: psikologi agama, anak-anak, remaja

Pendahuluan 

Ada sebagian orang lanjut usia yang merasa tidak bahagia, bahkan depresi, karena anaknya yang dulu masih kecil telah tumbuh menjadi dewasa, mudah gelisah, biasanya lemah lembut, dan sebagainya. Ada juga orang tua yang benar-benar mengkhawatirkan anaknya yang sudah menginjak usia remaja. Karena keterikatan yang kuat dengan anak-anaknya, mereka akan mengembangkan keyakinan moral dan agama. Sebagai contoh, cukup banyak remaja-remaja yang merasa tidak mendapat tempat dalam masyarakat yang dinasihati karena takut dengan apa yang akan dilakukan generasi tua terhadap mereka.

Remaja adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang berusia antara 10 dan 19 tahun yang berada dalam masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa remaja merupakan tahap perkembangan pribadi di mana seseorang mengalami beberapa jenis perubahan. Era remaja ini merupakan masa krisis yang ditandai dengan tingginya pekaan dan labilitas, penuh gejolak, serta ketidak seimbangan emosi, sehingga menjadikan remaja rentan terhadap pengaruh lingkungan Santrock.J.W (2012).

Remaja adalah seseorang yang baru saja lulus SMA dan sedang menemukan siapa dirinya, orang seperti apa mereka, bagaimana menavigasi situasi sosial, bagaimana memahami potensi diri, dan banyak lagi. Jannah (2017). Hurlock (dalam Jannah, 2017) mengartikan remaja sebagai tahap transisi, disebut juga dengan masa peralihan, dimana seseorang mengalami perubahan psikologis dan fisik seiring transisi dari bayi menjadi dewasa. Menurut Piaget (dalam Ali dan Asrori, 2010), remaja adalah suatu keadaan psikologis dimana seorang individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat yang diberi nasihat; ini adalah keadaan di mana seorang anak tidak percaya bahwa mereka berada di bawah ambang batas usia mereka yang lebih tua dan dengan demikian terlibat dalam saling pengertian atau pembelajaran.

Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju dewasa. Remaja dituntut memiliki pemikiran yang kreatif, mampu berinovatif, bersikap profesional, memiliki tanggung jawab, serta berani menanggung risiko dalam mengelola potensi diri yang dimiliki dalam lingkungan sebagai bekal untuk meningkatkan kualitas hidup Paramitasari, R, Alfian, I (2016). Menurut (Desmita, 2011) masa remaja dijelaskan dengan beberapa ciri-ciri yang terdiri di antaranya mencapai hubungan yang matang degan teman sebaya, dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria dan wanita, menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.

Berdasarkan keterangan di atas, remaja mengacu pada masa anak bersekolah dan dibedakan berdasarkan banyaknya perubahan yang dialaminya, seperti perubahan fisik dan psikis serta awal mula pemahaman terhadap norma-norma masyarakat. Remaja dan anak-anak adalah fase yang berdekatan, maka anak-anak dan remaja perlu berimbap agar perkembangan yang khusus berkembang lebih baik dan sesuai dengan urusan. Satu-satunya hal terpenting yang biasanya disarankan kepada kaum muda dan orang dewasa adalah psikologi agama.

Secara umum psikologi mempelajari pola perilaku manusia yang berkaitan dengan persepsi (kognisi), emosi (perasaan), dan niat (conasi). Agama psikologis adalah studi tentang keyakinan agama pada individu yang berdampak pada kehidupan dan perilaku sehari-hari. Dalam psikologi agama, persoalan pokok mengacu pada studi tentang keyakinan dan ketaatan beragama. Meneliti penelitian

Metode 

Jenis penelitian ini disebut penelitian kepustakaan. Mestika Zed mengatakan penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan karya-karya yang berguna dengan persoalan y mencatat bagian penting yang ada ditambah dengan topik bahasan. Moh. Lebih lanjut Nazir menjelaskan, penelitian kepustakaan merupakan salah satu jenis metodologi kajian yang dilakukan melalui perjanjian peminjaman buku yang ada kaitannya dengan pokok bahasan yang dibicarakan. Ada beberapa definisi tentang jenis penelitian ini. (Sari, 2020) menguraikan beberapa definisi penelitian empiris yang diturunkan dari beberapa ahli, yaitu:

1. Penelitian kepustakaan adalah kajian teoritis, referensi, serta literatur akademis lainnya yang berkaitan dengan agama, moralitas, dan norma-norma yang relevan dengan situasi sosial yang diteliti.

2. Penelitian kepustakaan adalah jenis penelitian yang menggunakan teknik augmentasi data, seperti membaca, menulis, menggambar, dan menganalisis berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik yang diminati.

Penelitian kepustakaan, misalnya, adalah proses pengumpulan informasi dan data dari berbagai sumber yang terdapat dalam pers, seperti buku referensi, temuan penelitian yang telah diterbitkan sebelumnya, artikel, catatan, dan berbagai jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang perlu diselesaikan. .

Pembahasan

Psikologi agama terdiri dari istilah psikologi dan agama. Psikologi mengacu pada studi tentang masalah perilaku manusia. Sebagai suatu disiplin akademis, psikologi jelas memiliki kualitas teoretis-empiris dan sistemik. Sebagaimana diungkapkan Zakiah Darajat (dalam Ramayulis, 2002), psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang. Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir, membayangkan, bereaksi, dan berperilaku seseorang tidak dapat dijelaskan oleh keyakinan karena hal tersebut memasuki ruang pribadi seseorang.

Psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang, dan telah mulai sikap & tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Selain itu, pelajari tentang keyakinan dan praktik individu serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinannya. Psikologi agama merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkaji dan mempelajari hakikat manusia dalam kaitannya dengan pengaruh landasan agama yang dianut dan kaitannya dengan evolusi individu.

Menurut Zakiyah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama mengenai:

1. Berbagai emosi yang diungkapkan di luar ritual dan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat awam. Misalnya: tenang, pasrah, dan menyerah.

2. Bagaimana persepsi dan reaksi individu seseorang terhadap Tuhannya? Misalnya kelegaan batin.

3. Memahami, menyelidiki, dan menganalisis dampak kehidupan sejati/akhirat seseorang terhadap setiap individu.

4. Menelaah dan mempelajari pengalaman masyarakat mengenai masalah kepercayaan terkait hiu dan nerka, serta makanan dan minuman yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

5. Menelaah dan memahami bagaimana perilaku seseorang mempengaruhi ayat-ayat suci yang berujung pada kematian seekor kelelawar. Semuanya terlibat dalam kesadaran beragama dan pengetahuan pengalaman beragama.

Maka dengan psikologi agama yang mengamati tingkah laku manusia yang disebabkan karena agama, ini perlu digunakan untuk memahami dan memaknai karakter atau tingkah laku anak-anak dan remaja dalam beragama.

  • Anak-anak
  •        Pengamat Remaja (Lesmana, 2012) Anak adalah seseorang yang lahir dari perkawinan seorang remaja putri dan seorang anak, meskipun anak tersebut belum melakukan hubungan seksual. Kosnan (2005) menyatakan bahwa anak adalah orang yang mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan mudah dalam menjalani kehidupannya.
  •        Berdasarkan bukti-bukti yang disajikan terhadap bayi, orang dewasa---yaitu perempuan atau orang lanjut usia---dan kehidupan sehari-hari mereka sebagian besar akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mereka alami

  • Remaja
  •    Namun remaja Menurut Santrock (dalam Agustriyana, 2017), remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia dimana umat manusia sering mengalami masa krisis identitas dan ambiguitas. Remaja adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan periode waktu antara perkembangan fisik, kognitif, dan sosial bayi (Gunawan, 2020). Berdasarkan yang diketahui, remaja merupakan suatu masa peralihan tunggal yang dialami oleh orang-orang yang sedang mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan mengalami perubahan pada aspek fisik, kognitif, dan psikologis dengan fokus pada remaja dan dewasa muda yang berusia 13 hingga 18 tahun.
  • Hurlock (dalam Jannah, 2017) mengartikan remaja sebagai tahap transisi, disebut juga dengan masa peralihan, dimana seseorang mengalami perubahan psikologis dan fisik seiring transisi dari bayi menjadi dewasa. Menurut Piaget (dalam Ali dan Asrori, 2010), remaja adalah suatu keadaan psikologis dimana seorang individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat yang diberi nasihat; ini adalah keadaan di mana seorang anak tidak percaya bahwa mereka berada di bawah ambang batas usia mereka yang lebih tua dan dengan demikian terlibat dalam saling pengertian atau pembelajaran.
  • Remaja, menurut pendapat di atas, adalah suatu fase peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh beberapa ciri-ciri, diantaranya perubahan fisik, perubahan psikologis, sudah memiliki peran di tengah-tengah masyarakat. Remaja juga merupakan fase labilnya emosional karena masih dalam proses pencarian jati diri. Psikologi penting untuk anak-anak dan orang dewasa guna membantu kedua fase perkembangan tersebut di atas agar lebih berhasil dan mencapai tujuannya secara memuaskan dan tepat waktu. Suatu acuan dalam berprilaku dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama adalah dengan psikologi agama untuk anak-anak dan remaja. Hal ini dapat dipahami melalui konseling agama untuk menganalisis aspek psikologis agama pada masa kanak-kanak dan remaja.

  • Konseling Religius
  •        Konseling agama merupakan salah satu jenis konseling yang diberikan kepada individu yang mengalami kesulitan mental dan spiritual agar dapat tertolong dengan sumber daya yang ada pada dirinya melalui sumber daya yang dimilikinya, yaitu bersumber dari keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Istilah "konseling agama" mengacu pada konseling dengan fokus membantu klien atau konselor memahami dirinya, termasuk mendiskusikan masalah pribadi, menetapkan tujuan dan prioritas, menciptakan kemauan hidup, dan memaksimalkan potensi (Tamama, 2016).
  •        Dari analisis tersebut terlihat bahwa proses konseling agama yang semula dilakukan secara profesional oleh konselor yang terlatih untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip agama ke dalam sesi konseling. Tujuan dari sesi ini adalah untuk membantu klien memahami diri dan lingkungannya, mengidentifikasi tujuan hidup, dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk mencapai perdamaian dan kebahagiaan dunia.
  •        Konsep keagamaan diharapkan mampu memahami psikologi agama pada anak-anak dan orang dewasa sehingga dapat membimbing mereka menuju perubahan-perubahan yang diperlukan dan mencegah terjadinya perilaku-perilaku yang diajarkan dalam pendidikan agama.

  • Kesimpulan 
  •  
  •        Psikologi agama adalah cabang ilmu psikologi yang mengkaji pengaruh agama terhadap sikap dan perilaku manusia. Psikologi agama penting untuk memahami perkembangan keberagamaan pada anak-anak dan remaja.Anak-anak dan remaja berada pada fase perkembangan yang berbeda. Anak-anak mudah dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan remaja mengalami masa labil karena mencari jati diri. Konseling religius dapat membantu anak-anak dan remaja memahami diri dan lingkungannya, menetapkan tujuan hidup, dan memaksimalkan potensi spiritualitasnya. Konseling religius mengintegrasikan prinsip-prinsip agama ke dalam proses konseling. Konsep keagamaan dalam konseling religius diharapkan dapat membimbing anak-anak dan remaja menuju perubahan positif dan mencegah perilaku negatif yang bertentangan dengan ajaran agama. Psikologi agama dan konseling religius penting untuk membantu optimalisasi perkembangan keberagamaan pada anak-anak dan remaja.

 

DAFTAR PUSTAKA

Agustriyana, N. A. (2017). Fully Human Being Pada Remaja Sebagai Pencapaian Perkembangan Identitas. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 2(1), 9. https://doi.org/10.26737/jbki.v2i1.244

Ali dan Asrori. (2010). Perkembangan Peserta Didik. PT. Bumi Aksara.

Desmita. (2011). Perkembangan Peserta Didik; Panduan Bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia Dini, SMP, dan SMA. Rosda Karya.

Gunawan, C. A. I. (2020). Kebahagiaan Remaja Panti Asuhan (Happiness of The Teenagers Who Live in Orphanage). Mind Set, 11(2), 68--85.

Jannah, M. (2017). Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam Islam. Psikoislamedia :                                          Jurnal                Psikologi,                1(1),          243--256. https://doi.org/10.22373/psikoislamedia.v1i1.1493

Lesmana.    (2012).     Defenisi     Anak.     http://www.kompasiana.com/alesmana/definisi-

%0Aanak_55107a56813311573bbc6520

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun