Mohon tunggu...
muhamad faqih adzkia
muhamad faqih adzkia Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa

nama saya muhamad faqih adzkia bisa di panggil faqih, saya anak ke 3 dari 4 bersaudara, terimkasih

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PERAN PSIKOLOGI AGAMA DALAM PENGUATAN NILAI

30 Januari 2024   12:30 Diperbarui: 30 Januari 2024   19:01 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

PROGRAM SARJANA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HAMIDIYAH JAKARTA 2024

 

Abstrak: Pendidikan Agama Islam tidak lepas dari sentuhan aspek-aspek psikologis, khususnya Psikologi Agama, sebagai pengasuhan dalam menciptakan insan yang mengenal, menghayati, mengimani, mengamalkan ajaran agama secara kaffah. Materi pendidikan Islam diharapkan memiliki perspektif psikologis kritis untuk membantu siswa lebih memahami fenomena keberagamaan terkait dengan mata pelajaran inti pendidikan Islam. Dengan menggunakan studi komparatif, penelitian ini menyimpulkan bahwa psikologi Islam berperan dalam penafsiran ajaran Islam. Memahami tahapan jiwa agama seorang peserta didik, mengantisipasi terjadinya pemurtadan melalui kajian psikologi konversi agama, memahami makna kesehatan jiwa dan gangguan kejiwaan perspektif agama Islam dan penguatan toleransi beragama, dan sebagai peran.

Kata Kunci: Psikologi Agama, Pendidikan Agama Islam, Toleransi Beragama

Pendahuluam 

Pendalaman Materi Pendidikan Agama Islam, sering disebut PAI, meniscayakan kuberinggungan dengan bentukan lain. Tujuan pendidikan Islam adalah untuk menanamkan pada masyarakat pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan untuk mendorong perilaku dan pemahaman iman yang lebih baik. Dengan cara ini, kegagalan untuk mematuhi prinsip-prinsip psikologis akan mengakibatkan hasil di bawah standar. Apabila materi keagamaan disampaikan namun aspek kehidupan muridnya tidak diperhatikan, maka dapat mengakibatkan materi tersebut tidak terintegrasi dengan baik dalam kehidupan murid. Faktanya, mengajarkan agama Islam tanpa memahami dan beradaptasi dengan pola pertumbuhan spiritual anak dan remaja akan menghasilkan model pendidikan yang tidak memadai.

Selama ini materi pendidikan Islam belum sepenuhnya terintegrasi dengan perspektif sejarah, sosiologis, dan psikologis, kecuali jika secara khusus didasarkan pada wacana normatif yang matang. Akibatnya materi yang digunakan dalam pendidikan Islam kabur dan tidak memahami konteksnya. Oleh karena itu, mempelajari sejarah, sosiologi, dan psikologi diperlukan untuk membantu masyarakat memahami agama dan melakukan aktivitas yang lebih bermakna dan produktif. Apalagi di masa sekarang, disiplin ilmu seperti psikologi dan antropologi harus diperkuat dalam pendidikan agama untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang holistik, universal, dan menyenangkan.

Dalam bidang psikologi misalnya, perlu adanya kerjasama yang erat antara pengembang materi PAI dengan mahasiswa, khususnya dalam kajian psikologi Agama di kalangan mahasiswa. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji hubungan ini sambil mencari model yang cocok untuk kolaborasi antara psikologi Islam dan pendidikan Islam. Hasil Yang diharapkan adalah suatu rumusan khusus dimana psikologi agama dapat menjadi alat berharga dan subjek penting dalam kajian materi pendidikan Islam.

  • Metode 
  •           Peneulisan ini menggunakan desain studi komparatif untuk menguji hubungan kedua variabel. Menurut Winarno Surakhmad, model deskriptif analisis komparatif digunakan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi area masalah melalui analisis hubungan faktor-faktor yang mungkin ada dalam kaitannya dengan situasi atau fenomena yang dibandingkan atau dievaluasi (Winarno Surakhmad, 1986:84). Sedangkan menurut Nazir, analisis komparatif merupakan model penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi sebab-sebab suatu fenomena dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkannya sehingga sampai pada suatu kesimpulan (Moh. Nazir, 2005:58).
  •           Dalam penelitian ini, dua variabel dibandingkan secara lebih rinci pada pencarian titik temu untuk mengidentifikasi satu temuan utama. Konsep yang perlu dipahami dalam kajian penelitian ini adalah bagaimana variabel pertama mempengaruhi tingkat pembuktian variabel kedua. Dengan kata lain, setelah membandingkan dan mengkaji perbedaan antara pendidikan Islam dan psikologi, maka teridentifikasi sebuah titik temu yang menghubungkan keduanya. Dari titik temu ini kemudian dibahas gagasan dan konsep tertentu tentang bagaimana psikologi agama menjaga dukungan terhadap pendidikan Islam. Temuan-temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berharga bagi para pendidik dan peserta didik, khususnya di bidang studi Islam, baik di ruang kelas dan madrasah maupun dalam bimbingan belajar privat, agar lebih utuh menyikapi psikologi Islam dalam konteks bahan ajar.

  • Pembahasan 

    • 1. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam, Objek Kajian dan Ruang Lingkupnya.
  •             Secara umum, pendidikan adalah proses pemberian pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan bimbingan kepada peserta didik dalam suasana formal atau informal dengan tujuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sadar diri, jeli, dan beretika dalam masyarakat. Asal usul pendidikan bermula dari usaha manusia untuk meningkatkan kesadaran dan mencapai aktualisasi diri. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar satu sama lain, menularkan ilmu pengetahuan, memperkuat pemahamannya, dan lambat laun bisa berdamai satu sama lain. Pendidikan adalah pengajaran komprehensif yang mencakup aspek kognitif, psikologis, dan fisik. Selain itu, pendidikan juga menekankan tanggung jawab umat manusia untuk membangun hubungan horizontal dan vertikal yang kuat. Hubungan horizontal adalah hubungan dengan manusia lain dan laut, dan hubungan vertikal adalah hubungan dengan Tuhan dan entitas terkait lainnya.
  •             Dalam hal ini, pendidikan Islam diutamakan agar peserta didik dapat memahami, menghargai, mengamalkan, dan menerapkan pembelajaran yang diperoleh Islam adalah menjadi pribadi yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, bersumber dari Al-Qur'an dan Hadis dengan memahami kegiatan pembimbingan, pengajaran, pelatihan, serta praktik dan pengamalan (Dahwadin dan Farhan Sifa Nugraha, 2019:7-8). Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Keagamaan dan Pengetahuan Keagamaan disebutkan bahwa Pendidikan Keagamaan dan Pengetahuan Keagamaan.
  •  
  • 2. Psikologi Agama, Objek Kajian dan Cakupannya
  •             Psikologia adalah studi tentang perilaku manusia dan sifat-sifat psikologis. Pengetahuan ini telah berkembang sejak awal tahun 1900-an melalui berbagai pendekatan, teknik, kursus, dan pemahaman konseptual. Penelitian psikologi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang menggunakan banyak metode penelitian untuk membantu manusia memahami apa yang diciptakan, diyakini, dan diterima oleh manusia (Robert, H. Thouless, 2000:13).
  •             Dalam terminologi psikologis, agama mengacu pada sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh norma-norma yang bersifat sementara dan abadi. Dalam Ensiklopedia Filsafat disebutkan beberapa komponen keagamaan yang secara konsisten mempunyai makna psikologis. Diantaranya adalah: Pertama, keyakinan akan adanya kekuatan gaib; Kedua, kesediaan untuk mendamaikan kekuatan supranatural dan profan; Ketiga, persembahan ritual terhadap segala sesuatu yang tampak supranatural; Keempat, berasal dari mengamalkan tuntutan diakini moral Dari kitab suci: Kelima, perasaan khas agama meliputi ketakjuban, misteri, rasa bersalah, dan pemujaan Individu yang menunjukkan kebajikan terus-menerus ketika melakukan ritual di dekat benda suci dan merasa terhubung dengan Tuhan; Keenam, sembahyang, peribadatan, dan beragam komunikasi keagamaan; Pertama, pandangan dunia, atau representasi umum dunia secara keseluruhan dan tempat masing-masing individu di dalamnya. Bagian ini berisi penjelasan yang tepat tentang tujuan dunia ini dan wawasan tentang bagaimana setiap individu berinteraksi dengan dunia; Kedelapan, pertimbangan padangan dunia dan norma tersebut mengatur pengelolaan kehidupan secara menyeluruh. Akibatnya, terdapat kelompok-kelompok sosial yang dipengaruhi oleh pandangan dunia yang serupa, sehingga memperkuat institusi, komunitas, dan solidaritas (Jalaluddin Rakhmat, 2003:28).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun