Beribadah online
Beberapa saat sebelumnya sebelum bulan Ramadhan tiba, pernah dilakukan diskusi menarik tentang mungkinkah dilakukan ibadah seperti shalat jum'at dan ibadah tarawih dilakukan secara online?. Berbagai pendapat dan masalahpun mengemuka karena tidak sepenuhnya dapat dipahami dengan baik terkait himbauan pemerintah dan MUI yang terus meminta kepada Umat Muslim untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah pada saat bulan puasa Ramadhan.
Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian mudahnya. Di grup whatssapp yang saya ikuti juga terjadi perdebatan panas meskipun memasuki periode Ramadhan, tentang bagaimana pelaksanaan ibadah ditengah pandemi. Hingga pada akhirnya pun mengikuti keyakinan masing-masing.
Sebagian mengikuti himbauan pemerintah, akan tetapi beberapa diantaranya abai dan bahkan cenderung meremehkan. Ketidakpatuhan ini kemudian menjadi kendala serius yang mana kita menjadi saling curiga dengan tetangga kita sendiri atau bahkan dengan teman, karena khawatir mereka terinfeksi virus.
Meskipun pada akhirnya beribadah online ini beberapa ulama menyepakatinya untuk dapat dilakukan, permasalahan selanjutnya yang muncul adalah keterbatasan akses internet tidak berlaku bagi semua jamaah shalat.
Waktu puasa yang cukup lama
Jadwal puasa yang cukup lama didukung cuaca yang sangat panas (menurut saya) menjadi tantangan tersendiri bagi rekan-rekan yang menjalankan ibadah di negara empat musim.
Di Beijing, saat ini memasuki musim panas dan tantangan cuaca menjadi sangat serius karena dilaksanakan mulai pukul 03.00 pagi dan berbuka baru dilaksanakan pada 19.00 sampai 20.00 pagi. Besaran cuaca harian berkisar antara 35-45 derajat celcius yang dapat membuat kita terhidrasi begitu cepat.
Meskipun dengan kondisi demikian kita tidak diwajibkan untuk berpuasa, namun bagi seorang muslim hal ini justru akan menambah pahala berpuasa kita. Tidak ada lagi shalat berjamaah di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, karena mematuhi protokol pemerintah setempat.
Akhirnya, banyak rekan-rekan yang menghabiskan waktu untuk istirahat karena cuaca yang sangat panas di luar. Jika dikalkulasi, teman-teman saya dapat menghabiskan waktu tidur setelah shalat subuh dan baru bangun ketika duhur tiba.
Ini sangat mungkin karena di malam hari kebanyakan dari kita tidak tidur, dan menghabiskan banyak waktu untuk belajar. Waktu belajar dilakukan malam hari merupakan pemilihan ritme yang tepat meskipun hawa panas terus mendera.
Lain negara lain budaya
Bulan Ramadhan adalah bulan yang diajarkan kita didalamnya untuk bersabar, bersabar dari berbagai hal yang mengurangi pahala puasa kita. Dari ungkapan inipun ternyata Allah maha mengetahui bahwa tidak semua orang yang melaksanakan Ramadhan mampu bersabar dalam menghadapi ujian, meskipun derajat puasa ini pahalanya langsung kepada Allah SWT.
Alih-alih melaksanakan puasa, rekan saya dari berbagai negarapun memiliki budaya yang berbeda-beda. Budaya ini dapat dipantau Ketika menjelang buka puasa tiba. Ada yang mempersiapkan diri lebih awal dengan membuat berbagai aneka makanan. Ada juga yang asik menghabiskan waktu sepanjang hari hanya untuk menelpon keluarganya di negaranya.