Mohon tunggu...
Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Mohon Tunggu... Dosen - Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Hati-hati, Compulsive Shopping Disorder Hantui Kita

2 Mei 2020   20:54 Diperbarui: 3 Mei 2020   14:37 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Compulsive Shopping Disorder | dokpri

Hari ini sudah memasuki sembilan Ramadhan yang merupakan waktu dimana berbagai produk belanja memasang berbagai varian diskon untuk persiapan menjelang Idul Fitri tiba, bukan hanya untuk produk seperti pakaian, sandal, tas, baju, tapi juga yang paling penting adalah makanan.

Masih jauh?, "iya". Namun, kebiasaan sebagian besar masyarakat kita mempersiapkan lebih matang dengan cara belanja lebih awal, dengan alasan bahwa diskon yang ditawarkan beserta barang yang dicari lebih mudah dan lengkap, dan akan semakin langka menjelang hari raya tiba.

Hati-hati Gaji ke -13 dan 14
Bulan Mei ini adalah dimana Gaji ke-13 bagi PNS akan di cairkan. Gaji ke-13 besarnya berdasarkan gaji pokok dan tunjangan yang melekat (tunjangan istri, anak, beras, dan lain-lain) sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 19, 20, dan 22 tahun 2016.

Sedangkan gaji ke-14 adalah nama lain THR yang biasanya diberikan menjelang Hari raya. Karena diprediksi kebutuhan PNS akan naik menjelang hari raya idul fitri tiba. Gaji ke-empat belas ini tidak sebesar gaji ke-13, karena gaji ke-14 besarnya hanya gaji pokok saja.

Kedua gaji itu penting untuk dilindungi, karena Compulsive Shopping Disorder tidak mengenal waktu. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka dengan sangat cepat kedua gaji tersebut raib dalam sekejap mata.

Hati-hati, control impuls
Hampir semuanya sepakat bahwa belanja itu menyenangkan. Namun, CSD merupakan salah satu gangguan kecanduan perilaku. Kumpulsif disini berarti ada dorongan yang kuat untuk membeli barang belanjaan.

kontrol impuls yang buruk akan berakibat pada asiknya berbelanja barang dalam jumlah berlebihan. Sebagai efek buruk dari hal ini adalah akan merugikan dari aspek keuangan dan bisa berakibat pada kurang harmonisnya hubungan rumah tangga kita.

Hati-hati gangguan mental
Berbelanja CSD adalah salah satu bentuk kecenderungan perilaku kita. CSD biasanya diikuti dengan depresi, cemas, dan lain-lainnya. Kabar baiknya, CSD hanya mengenai mereka yang sudah matang dan mandiri secara finansial, jadi kecil kemungkinan jika usia remaja mengalami gangguan ini.

Akan tetapi, peran orang tua dalam mempengaruhi karakter anak juga sangat besar. Kecenderungan orang tua berbelanja bersama-sama satu keluarga akan menciptakan mindset kepada anak, bahwasanya berbelanja itu harus ditempat yang selalu ramai dan barang harus mahal.

Situasi seperti ini akan sangat berbahaya dimana anak atau remaja akan rentan terhadap perilaku impulsif (CSD). Karena pada dasarnya, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, yang mana perilaku anak pada saat besar nantinya tergantung pada perilaku orang tuanya.

"Buah Jatuh tidak jauh dari pohonnya" : Sifat anak tidak jauh berbeda dengan Ayah atau Ibunya. Hal yang menurun dari leluhurnya pasti akan ada kemiripannya dengan orang tuanya.

Hati-hati, ini ciri-cirinya
Mungkin kita salah satu pengidap gangguan CSD. Oleh karena itu perlu kita ketahui ciri-cirinya, semoga kita tidak termasuk di dalamnya:

Tidak butuh tetap beli: karakter utama CSD adalah biasanya membeli barang yang tidak dibutuhkan. Dalam berbelanja, seolah-olah semua barang akan digunakan untuknya.

Membuang waktu: biasanya CSD lebih banyak membuang waktu untuk memilah dan memilih barang yang akan dibelinya, tidak jarang sesuatu yang sudah masuk dalam daftar pembelanjaan justru tidak terbeli. Barang-barang baru menjadi incaran empuk penderita CSD.

Gampang terpengaruh: CSD akan lebih mudah terpengaruh terutama oleh penjual. Bagi sales marketing yang lihat bersilat lidah, orang dengan gejala CSD akan menjadi santapannya.

Besar pasak dari pada tiang: gejala ini sudah banyak terjadi dan dirasakan oleh banyak rekan saya, pada  ujungnya meminjam uang karena menyesali apa yang sudah di belinya.

Apabila CSD diberikan kesempatan lebih besar untuk melakukan aktivitasnya, maka penderita akan senang dirinya sendiri. Dalam tingkat yang lebih tinggi, kenyamanan akan didapatkan Ketika sudah berbelanja online.

Hati-hati, pengalaman pertama belanja online
Seperti sudah di bahas pada bagian di atas, dalam level yang lebih tinggi penderita CSD akan nyaman dengan sendirinya, karena bisa puas berbelanja online tanpa ada yang mengatur, mempengaruhi dan melarang.

Pengalaman seperti ini pernah saya alami Ketika pertama kali pada tahun 2017 melanjutkan studi di negeri tirai bambu. Hampir segala sesuatu dari pembayaran, aktivitas sehari-hari, penggunaan fasilitas umum menggunakan sistem online.

Karena semua berlaku online, maka saya pun tidak pernah memegang uang tunai (cash). Sebagai akibatnya, segala sesuatu seperti hanya dalam satu genggaman. Salah satu aktivitasnya adalah berbelanja online melalui berbagai aplikasi yang telah disediakan oleh otoritas setempat.

Uniknya, hampir segala barang tersedia dan kita dapat memilih kualitas berdasarkan budget yang kita miliki, tentunya berbeda dengan di Indonesia "ya?"

Sekali tekan menu dan memilih barang, maka hanya dalam waktu maksimal 3 hari (jika di luar provinsi tempat saya tinggal), barang akan segera datang.

Sekali berhasil awalnya merasa senang, dan selanjutnya ternyata berefek psikologis yang mana kita akan merasa nyaman. Kebutuhan yang tidak menjadi prioritas pada akhirnya juga terbeli, inilah yang pada akhirnya menjadi derita pengidap CSD seperti saya pada kala itu. Tapi sebenarnya saya lebih cenderung setuju menafsirkanya sebagai "kaget", karena masih beradaptasi dengan budaya baru.

Hati-hati, ini cara mengatasi CSD
Keasikan berbelanja ini ternyata mulai mengusik kantong belanja saya. Saya pun sadar ternyata harus memperhitungkan konversi nilai mata uang. Ketika mengetahui bahwa berbelanja di luar negeri menggunakan mata uang setempat, maka kita bisa berpikir konversi mata uang Rupiah. 

Jurus ini cukup jitu diterapkan, karena berbelanja dengan hanya bernilai 50 Yuan saja akan bermakna luas dan lebih bermanfaat jika kita terapkan di Indonesia.

Tips lainnya adalah menyadari kemampuan limit kartu kredit, kartu debit kita, harus menyadari bahwasanya kebutuhan itu hirarkinya lebih penting dari pada keinginan. Pembuatan prioritas daftar barang yang akan dibeli merupakan kata kunci penting dalam pengendalian CSD.

Sebagai penutup, semoga ditengah pandemi covid-19 ini dapat menjadi renungan bahwasanya CSD dapat menyebabkan "kalap" dalam berbelanja. 

Sikap eling dan waspada harus kita kedepankan, terutama ketika berbelanja dengan istri kita. Jangan sampai istri yang tadinya stress karena ingin shopping, malah stress berpindah ke kita karena kalap di tengah diskon yang menggoda hati.

Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun