Sekali tekan menu dan memilih barang, maka hanya dalam waktu maksimal 3 hari (jika di luar provinsi tempat saya tinggal), barang akan segera datang.
Sekali berhasil awalnya merasa senang, dan selanjutnya ternyata berefek psikologis yang mana kita akan merasa nyaman. Kebutuhan yang tidak menjadi prioritas pada akhirnya juga terbeli, inilah yang pada akhirnya menjadi derita pengidap CSD seperti saya pada kala itu. Tapi sebenarnya saya lebih cenderung setuju menafsirkanya sebagai "kaget", karena masih beradaptasi dengan budaya baru.
Hati-hati, ini cara mengatasi CSD
Keasikan berbelanja ini ternyata mulai mengusik kantong belanja saya. Saya pun sadar ternyata harus memperhitungkan konversi nilai mata uang. Ketika mengetahui bahwa berbelanja di luar negeri menggunakan mata uang setempat, maka kita bisa berpikir konversi mata uang Rupiah.
Jurus ini cukup jitu diterapkan, karena berbelanja dengan hanya bernilai 50 Yuan saja akan bermakna luas dan lebih bermanfaat jika kita terapkan di Indonesia.
Tips lainnya adalah menyadari kemampuan limit kartu kredit, kartu debit kita, harus menyadari bahwasanya kebutuhan itu hirarkinya lebih penting dari pada keinginan. Pembuatan prioritas daftar barang yang akan dibeli merupakan kata kunci penting dalam pengendalian CSD.
Sebagai penutup, semoga ditengah pandemi covid-19 ini dapat menjadi renungan bahwasanya CSD dapat menyebabkan "kalap" dalam berbelanja.
Sikap eling dan waspada harus kita kedepankan, terutama ketika berbelanja dengan istri kita. Jangan sampai istri yang tadinya stress karena ingin shopping, malah stress berpindah ke kita karena kalap di tengah diskon yang menggoda hati.
Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H