Semangat kongres ini juga dilatarbelakangi oleh perjuangan sebelumnya yang dilakukan oleh RA Kartini, yang mana menggugat permaduan di kalangan priyayi yang dituliskan dalam suratnya kepada Abendanon.
Meskipun RA Kartini selanjutnya takluk terhadap kehendak Ayahnya yang menjodohkannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang yang sudah beristri tiga. Akan tetapi, gelora agar lepas dari budaya patriarkis menjadi salah satu pemicu diadakannya kongres tersebut.
Apa saja yang dibahas dalam Kongres?
Hasil kongres pertama adalah dibentuknya sejumlah resolusi dan Pembentukan Perikatan Perkumpulan Perempoean Indonesia.
Beberapa tokoh menyampaikan persoalan penting wanita Indonesia yang mengalami masa suram pada tahun 1920 di masa Hindia Belanda seperti gerakan anti-permaduan, pendidikan untuk perempuan, nasib anak yatim piatu, janda, perkawinan anak dibawah umur (kebanyakan dikawinkan setelah mengalami menstruasi pertama), reformasi undang-undang perkawinan, harga diri perempuan (karena kejahatan kawin paksa).
Konflik dan penetapan
Pada kongres kedua 20-24 Juli 1935 di Batavia hampir pecah karena ada perbedaan mengenai permaduan. Hal ini ditengarai oleh Ratna Sari menyampaikan pidato yang mendukung permaduan.
Akan tetapi, perdebatan mengenai hal tersebut selanjutnya ditiadakan atas usul Maria Ulfah, salah satu tokoh perempuan pada masanya, dan organisasi tersebut tetap solid.
Sedangkan pada Kongres ketiga merupakan cikal bakal ditentukannya hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Kongres ini dilakukan pada 23-28 Juli 1938 di Bandung.
Kontemplasi jejak sejarah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kontemplasi berarti merenung dan berpikir dengan penuh perhatian. Berikut ini beberapa hal yang perlu disyukuri oleh peran Ibu di zaman sekarang, dibandingkan dengan zaman dahulu kala.
Wanita zaman dulu wajib tinggal di rumah
Wanita wajib menjaga rumah, sementara hanya suami saja yang berhak keluar rumah dan bekerja. Sementara wanita sekarang dapat pergi ke mana saja, asalkan mendapatkan izin dari suaminya.
Bahkan untuk wanita karier, hal ini menjadi tidak mudah apabila dipaksakan harus selalu tinggal di rumah.