Mohon tunggu...
Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Mohon Tunggu... Dosen - Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Besek In Memoriam: Muaranya Kembali ke Tradisional Juga

15 Agustus 2019   11:16 Diperbarui: 15 Agustus 2019   11:43 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Besek untuk daging kurban. (Tempo/Pius E)

Indonesia- Perayaan idul kurban telah berakhir kemarin (Rabu, 14/08/2019), selama hampir empat hari lamanya 10, 11, 12, 13, Dzulhijjah (dalam penanggalan kalender Hijriyah yang terdiri dari 12 bulan), telah dilaksanakan shalat idul adha, penyembelihan dan pembagian hewan kurban.

Setidaknya lebih dari sepekan sebelum pelaksanaan shalat idul adha, kita diramaikan dengan berbagai pesan berantai tentang penggunaan besek, atau plastik yang terbuat dari bahan dasar tumbuhan (singkong). Tujuan utamanya adalah untuk mereduksi penggunaan material berbahan plastik, terlebih lagi plastik hitam.

Kenapa harus besek?
Penggunaan besek sebagai bungkus daging kurban bukan hanya karena mengurangi penggunaan sampah plastik semata. Akan tetapi, penggunaannya dapat menghambat pertumbuhan bakteri daging kurban.

"Tuhan telah menciptakan kelebihan tanaman masing-masing ada yang buat antibiotik, herbal, dan bambu ini dianalisa ahli tanaman punya stuktur yang bisa menghambat pertumbuhan bakteri. Bukan tanpa sebab, nenek moyang kita juga sudah pakai bambu meski tidak tahu soal itu tapi trial dan error dan ternyata ditetili ahli tumbuhan bisa menahan pertumbuhan bakteri," tutur dr. Pranyanta.

Ditinjau dari pori-pori material
Besek memiliki keunggulan dibandingkan dengan kantong plastik, diantaranya adalah bahan bamboo yang digunakan sebagai besek memiliki ruang pori yang besar, berbeda dengan plastik karena porinya yang rapat, kemungkinan pertumbuhan bakteri dalam kantong plastic akan cepat menjalar, terutama bakteri anaerobnya yang terdapat di dalam daging kurban. 

Disebutkan dari beberapa referensi, penggunaan tali pada kantong plastik daging kurban juga akan turut mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob.

Kajian suhu material pembungkus
Lebih besarnya pori-pori di dalam besek akan berpengaruh terhadap suhu daging, apabila dibandingkan dengan kantong plastik (tidak berbahan alami). 

Bakteri akan berkembang sangat cepat pada suhu panas. Cobalah dibandingkan dengan besek, selain memiliki pori besar, juga terdapat celah yang tidak tertutup sempurna antar sambungannya, sehingga inilah yang menyebabkan suhu ruang di dalam besek lebih baik dari plastik. Ibarat rumah, besek memiliki sirkulasi udara yang bagus.

Waktu lama pembungkusan
Material berbahan dasar alam dan ramah lingkungan seperti bambu, daun pohon jati, ataupun daun pisang yang biasa kita temui di daerah pedesaan untuk berbagai acara pernikahan, sunatan, tasyakuran, dan lain-lain, disebutkan memiliki bakteri penghambat anaerob. Sebagai catatan penting, usia daging kurban yang bagus pasca disembelih adalah kurang dari empat jam. 

Oleh karena itu, apabila daging dibagikan lebih dari empat jam setelah pemotongan, maka kualitas akan menurun. Hal inilah yang diperintahkan oleh agama agar segera memberikannya pasca disembelih dan dipotong dagingnya.

Apabila memang kualitas daging akan dipertahankan, maka penggunaan freezer dengan suhu rendah akan membantu mengurangi pertumbuhan bakteri daging kurban. 

Daging merupakan sumber protein tinggi yang disukai oleh bakteri yang mengakibatkan bakteri akan cepat tumbuh. Bakteri akan dapat mendegradasi protein daging, karena bakteri adalah bagian dari pembusukan daging dan menjadi asam karena protein terdegradasi.

Daging yang sehat dan tidak sehat memiliki bau yang khas, bagi pecinta daging tentunya, bukan pecinta vegetarian. Jika terdapat perubahan warna pada daging seperti kondisi yang mulai menghitam warnanya dan terjadi kelayuan, maka sebaiknya segera dihindari atau tidak diterima, karena daging yang segar adalah daging merah.

Kajian ramah lingkungan
Bagi bumi, plastik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terurai. Salah satu jenis material plastik yang mudah terurai adalah biodegradable, yang artinya bahan tersebut akan dapat diuraikan oleh bakteri.

Dikutip dari NOOA, plastik membutuhkan waktu 10 sampai dengan 20 tahun agar terurai, bahkan satu botol plastik di analisa membutuhkan waktu 450 tahun untuk terurai.

Terdapat dua dekomposisi atau penguraian plastik, yaitu abiotik dan biotik. Penguraian jenis abiotik  adalah apabila bahan terurai karena proses kimiawi, atau fisik. 

Sedangkan dekomposisi biotik adalah bahan yang terurai karena organisme hidup, seperti mikroorganisme. Sayangnya, pada plastik atom-atom terikat sangat rumit, sehingga sulit bagi bakteri untuk dapat menguraikannya.

Disebutkan juga penggunaan plastik akan berdampak buruk bagi kesehatan kita, sebagai contoh Kanker, endometriosis, kerusakan saraf, cacat lahir, kelainan perkembangan anak, ganggunan kesuburan, asma, kerusakan imun, dll. Masih berminat menggunakan plastik?
Coba bandingkan dengan ramahnya Besek seperti yang tersebut di atas?

Kajian nilai Ekonomis
Tidak dapat dipungkiri, penggunaan besek akan meningkatkan taraf perekonomian warga masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Tidak hanya itu, diperlukan juga pengrajin dalam jumlah besar yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja. 

Bayangkan dalam satu masjid yang terdapat kurban didalamnya, dibutuhkan minimal Rp6000 besek dengan harga per-besek sebesar Rp2000, maka nilai rupiah yang harus dikeluarkan oleh panitia kurban adalah sebesar Rp12.000.000. 

Apabila dalam satu kampung terdapat 10 lokasi hewan kurban, maka dipastikan akan terserap rupiah sebesar Rp120.000.000. "Fantastis bukan?" pelaksanaan kurbannya cukup sehari, proses pembuatan material pembungkusnya kurang lebih 4-5 hari, tapi berkahnya sangat merata dan luar biasa. 

Nominal inipun apabila di hitung akan menandingi perputaran ekonomi di hari idul fitri 2019 yang jumlahnya diprediksi mencapai Rp217 triliun.

Sementara bayangkan apabila kita menggunakan kantong plastik, memang harga relatif murah dan simpel, tinggal membelinya di warung terdekat, akan tetapi sungguh tidak seimbang apabila dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungannya.

Kampanye besek kurang optimal
Setali tiga uang, meskipun penggunaan besek memiliki banyak kelebihan, akan tetapi belum semuanya memanfaatkan wadah berbasis kesehatan masyarakat ini. 

Beberapa instansi pemerintah seperti Kementerian Agama, Gubernur DKI, Gubernur Jateng, Gubernur Jawa Barat sangat gencar mempromosikan material ramah lingkungan ini, baik melalui media sosial atau elektronik. 

Akan tetapi, bagaimana dengan daerah lainnya?. Sebagai catatan, daerah yang saya tempati-PUN masih menggunakan plastik sebagai bahan pembungkusnya. Ironis memang, tapi nyata! Itulah kenapa kampanye penggunaan besek harus digalakkan lebih merata di semua daerah di Indonesia tahun mendatang.  

Tidak usah berpikir lagi bagaimana dengan kondisi kesehatan saya saat ini, karena hewan kurban yang saya terima sejak beberapa tahun sebelumnya yang selalu menggunakan kantong plastik?

Mengingat daging kurban yang kita terima akan berdampak bagi kondisi tubuh kita. Solusinya adalah dengan cara mensosialisasikannya tentang pentingnya hidup sehat yang dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi.

Jangan lagi ada kantong plastik ditahun mendatang, kecuali kantong plastik yang berbahan dasar alami, seperti disebutkan oleh salah satu panitia masjid di Indonesia terbuat dari singkong.

Pada muaranya kembali ke yang tradisional juga
Ungkapan tersebut di atas sangatlah tepat. Zaman dahulu, pemanfaatan material bambu hanya terbatas pada pembuatan rumah (untuk dinding, reng, usuk, dll). 

Akan tetapi, masyarakat masih memandang bahwa penggunaan material bambu sebagai rumah masih tergolong kelas masyarakat ekonomi rendah dan kumuh. 

Begitu juga dengan besek, masyarakat di pedesaan sebenarnya sudah familiar berpuluh-puluh tahun lamanya, akan tetapi sekali lagi, penggunaan material alam ini masih dianggap sebagai kelas bawah dan pinggiran.

Saya tidak bisa bayangkan kalau bambu atau besek bisa bicara, "Sejak dulu saya ditinggalkan dan diasingkan, akan tetapi pada muaranya dunia modern dan milenial-pun kembali ke material tradisional juga". "Malukah kita?"

Sebagai akhir tulisan ini, mengutip Albert Einstein untuk instropeksi kita bersama.

"Apa yang saya saksikan di alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak dapat kita pahami dengan sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkupi perasaan rendah hati." Einstein.

Merdeka!!!
Semoga Bermanfaat.
Copyright @FQM2019
Referensi: 1 2 3 4 5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun