Mohon tunggu...
FANTILUMTUNANI QUMAIRA
FANTILUMTUNANI QUMAIRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar/mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

29 Oktober 2024   09:53 Diperbarui: 29 Oktober 2024   09:53 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak dari nepotisme juga tidak hanya di rasakan oleh organisasi yang bersangkutan, tetapi juga oleh masyarakat secara keseluruhan. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan terkikis, sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan pun akan menurun.

Nepotisme dikatakan sebagai masalah serius karena melanggar prinsip keadilan, mengancam demokrasi, dan menghambat pembangunan. Nepotisme juga dapat terjadi karena beberapa alasan, di antaranya :

1. Hubungan Keluarga : ikatan keluarga yang mendorong seseorang untuk membantu kerabatnya.

2. Pengaruh Kekuasaan : orang yang memiliki kekuasaan dapat memanfaatkan posisinya untuk memberikan keuntungan kepada keluarganya

3. Kepercayaan : seseorang mungkin lebih percaya pada keluarga atau kerabatnya dibandingkan orang lain.

Contoh : Nepotisme putra dari presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu Gibran Rakabuming Raka yang maju sebagai salah satu wakil presiden Indonesia (Wapres). Sebagaimana yang telah di katakan di atas bahwa nepotisme di artikan sebagai perilaku atau tindakan memilih kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang pemerintahan.

KESIMPULAN 

Korupsi, kolusi, dan nepotisme telah menjadi masalah kronis yang mengakar dalam sistem pemerintahan dan masyarakat Indonesia. KKN bukan hanya tindakan individu, tetapi merupakan masalah sistematis yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pejabat pemerintah, pengusaha, hingga masyarakat biasa. Maka dari itu diperlukan penegakan hukum yang tegas dan upaya yang sistematis serta berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun