"Kamu, berbeda Din."
***
"Kamu tau Ra? Tatapan mata kecewamu saat itu selalu teringat."
Tangis yang Adinda yang semula sedikit mereda, kembali tumpah ruah. Sesak kembali mendera dadanya hingga berujung pada pening di kepala Adinda.
Hembusan angin yang mulanya terlihat perlahan, kini pun ikut berubah menjadi kencang. Di dukung dengan kumpulan awan hitam yang mulai terlihat di atas sana.
***
"Mau kemana?" tanya Adinda menyelidik saat tepat pukul tujuh malam, Arwan menjemput di indekosnya.
"Kamu akan tau nanti."
Senyum yang ditampilkan Arwan membuat Adinda luluh dan percaya. Hingga motor yang dikendarai Arwan berhenti di tempat parkir salah satu bar di pusat kota.
Masih mengenyahkan pikiran negatifnya, Adinda pun menurut saat jemarinya di genggam Arwan untuk masuk ke dalam sana.
Detik berganti menjadi menit hingga berubah menjadi jam. Sampai pada jam yang ketiga, Adinda masih belum diantar pulang Arwan.