Bagi generasi sandwich yang hidup di antara kedua kebutuhan ini, tentu menjadi sangat berat. Produktivitas mereka pun selama ini kurang bisa maksimal akibat kemacetan yang membuat mereka harus menghabiskan waktu lama di jalan. Di sisi lain, kebutuhan seperti BBM, sembako, dan perumahan terus meningkat setiap tahun. Padahal, gaji yang diterima, bila bukan karyawan yang memiliki gaji tetap dan jabatan yang tinggi, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 Kini, Indonesia sedang mengalami masa bonus demografi yang tentunya juga akan meningkatkan jumlah orang-orang yang berada di generasi sandwich. Bila generasi sandwich ini tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik, tentu akan berakibat fatal bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan orang-orang yang berada dalam tanggungannya. Tentu, kita berharap pemerintah dapat memperbaiki kondisi pendidikan dan kesehatan agar lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitasnya.
Pada akhirnya, bonus demografi ini tetap menjadi tantangan bagi kita, terutama yang mejadi bagian dari generasi sandwich. Agar tidak lagi berada pada dua tekanan dari generasi atas dan bawah, tentu perlu ada perbaikan dalam pengelolaan keuangan, seperti mengikuti asuransi dan jaminan hari tua agar tak menjadi beban bagi generasi berikutnya. Meski saya cukup yakin, karena istilah ini pun tak begitu populer di sini, orang-orang yang berada pada generasi sandwich dapat melaluinya dengan baik. Dan saya berharap, istilah 'generasi sandwich' dapat tempat lebih banyak di dalam berbagai diskuis keseharian kita.
Bacaan lebih lanjut: 1, 2, 3, 4 dan 5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H